Rabu, 07 September 2011

Buku Wirausaha "Sukses di Usia Muda" (1) Mengepakkan Sayap Bisnis dari Titik Nol

SELASA, 20 APRIL 2010 | 01:33 WITA | 23324 Hits


Amran Sulaiman, Amirullah Abbas, Mawardi Jafar
TIDAK banyak orang mampu menggali ide kemudian sukses menjadi entrepreneur atau wirausaha, apalagi di usia yang terbilang masih muda.

Berawal dari titik nol, delapan entrepreneur muda Makassar mendobrak keterbatasan menjadi keberhasilan. Dari buku terbitan eLSIM berjudul Sukses di Usia Muda, Harian Fajar menurunkan nukilan sosok dan kiprah wirausahawan Makassar. Berikut tulisan pertama kesuksesan mereka.

KESUKSESAN hak semua orang dan bukan monopoli orang tertentu. Prinsip ini menjadi pegangan pengusaha berdarah Bugis, Amran Sulaiman, mencapai kesuksesannya yang bermula sebagai peneliti kemudian berkembang menjadi pengusaha pembasmi hama tikus temuannya sendiri.

Tujuh perusahaan kini dipimpin ayah empat anak kelahiran Bone, 27 April 1968 itu. PT Tiran Indonesia, CV Empos Tiran, CV Profita Lestari, CV Empos, PT Amrul Nadin, PT Tiran Sulawesi, dan PT Titan Bombana berhasil dibawanya pada titik kesuksesan sebagai implementasi bahwa sukses milik semua orang.

Perusahaan itu tidak terbangun begitu saja dan bukan warisan orangtua. Butuh modal kedisiplinan, keyakinan, kreasi, ketekunan, serta optimisme yang tinggi untuk membesarkannya. Makna kejujuran senantiasa dicontohkan kepada karyawannya untuk membesarkan usaha yang dimulai dari nol.

Pergulatan hidup yang cukup panjang membawanya pada satu masa menaklukkan kegagalan. Amran memulai usahanya dengan model industri rumah tangga. Perusahaan bernama CV Empo Tiran yang didirikan 1996 memproduksi alat serta racun hama tikus dan mendistribusikannya sendiri.

Racun tikus Tiran 58PS dan alat pembasmi tikus Alpostran yang diproduksinya merupakan hasil temuannya sendiri. Temuan yang sangat bermanfaat bagi petani itu juga yang mengantarnya menerima Satyalencana dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, Juli 2009 lalu di Palembang.

Amran meneliti Tiran 58 PS dan Alpostran sejak Desember 1989 hingga 1992. Ujicoba dalam kurun waktu 1992-1998 menunjukkan hasil memuaskan berupa respons petani yang tinggi.

Permintaan terus meningkat mulai hanya seratus dus dari 15 provinsi pada 2003 tumbuh menjadi 2000 dus, 20 ribu dus, hingga 40 ribu dus. Temuannya kini bahkan sudah dimanfaatkan petani pada 168 kabupaten yang tersebar di 26 provinsi se Indonesia.

Mengenai nama Tiran dan Alpostran, sebenarnya merupakan singkatan yang dirancangnya sendiri. Tiran kepanjangan "Tikus Diracun Amran" dan Alpostran "Alat Empos Tikusnya Amran". Keduanya racun tikus menggunakan sistem pengasapan.

Kendati hanya industri rumah tangga, CV Empo Tiran yang pertama kali didirikan Amran menyerap tenaga kerja 300-400 orang saat berproduksi. Kapasitas produksinya sekira 40 ribu batang selama dua sampai tiga bulan.

Menjadi peneliti sekaligus wirausaha sebenarnya bukanlah cita-cita Amran ketika muda. Pengalaman getir yang dirasakannya membentuk pandangan dan pemikirannya melihat sosok tentara sebagai gambaran manusia ideal. Maka sejak kecil, suami dari Martati itu rajin berolahraga, syarat menjadi perwira.

Namun, impian kadang tidak sesuai kenyataan. Tamat SMA di Bone, dia mendaftar pendidikan menjadi tentara juga ikut tes Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (Sipenmaru) pada Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.

Kedua pilihannya itu menjadi simalakama tatkala pengumuman menyatakan Amran lulus mengikuti pendidikan menjadi tentara dan tes di Unhas. Disebut simalakama, karena tentara merupakan cita-cita yang sudah disiapkannya selama enam tahun dan di sisi lain, ibunya tidak merestui menjadi tentara.

Impian menjadi tentara harus dikuburnya demi membahagiakan sang bunda. Baginya, tak ada artinya cita-cita besar terkabul tanpa restu sang Bunda. Kemantapan hati menetapkan pilihan kuliah di Fakultas Pertanian mengantarnya menjadi peneliti dan pengusaha muda sukses.

Wirausaha yang sudah muncul sejak kecil juga membuat Amirullah Abbas kini memiliki aset hingga Rp 164 miliar. Direktur Utama PT Andatu Lestary yang bergerak di bidang pertambangan dan perkebunan sawit ini bukan berasal dari keluarga kaya nan terpandang.

Ayah pengusaha kelahiran 21 Januari 1975 itu hanya seorang petani di Desa Tamanyeleng, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa. Ibunya juga hanya seorang ibu rumah tangga. Namun didikan kedua orangtuanya membuatnya lebih mandiri sejak kecil.

Kewirausahaan sudah dilakoni Amirullah sejak kecil dengan menanam sayuran lalu menjualnya ke pasar. Bakat ini tak disadarinya, karena dia merasa senang mendapatkan uang dari usaha sendiri, serta orangtuanya mengarahkan agar menjadi karyawan sukses di perusahaan atau paling tidak menjadi pegawai negeri sipil. Dia juga pernah bermimpi menjadi polisi meskipun akhirnya harus terkubur.

Tamat dari MAN 1 Ujungpandang tahun 1994, Amir memilih bekerja di perusahaan kayu di Sulawesi Tenggara, PT Tridaya. Keuletan, kerja keras, dan profesionalisme mendorong kariernya melejit cepat. Dia juga pandai mengatur waktu merampungkan kuliah di STIE Makassar.

Suasana yang mulai tidak nyaman di tempat kerja yang sudah digelutinya selama tujuh tahun membuatnya memilih; bertahan atau berhenti. Beruntung selama menjadi karyawan Amirullah cakap membangun relasi di luar Sulawesi.

Otak bisnisnya mulai jalan. Dia melobi relasinya di Jakarta agar diberi alat berat dan dibayar dengan kayu. Trik bisnisnya itu jitu juga. Kurang dari enam bulan, Amirullah sudah memiliki lebih dari sepuluh unit alat berat dan terus berkembang hingga omzetnya tumbuh positif.

Cobaan pernah dialaminya dan membuatnya harus banting setir memilih bidang usaha lain. Kebijakan pemerintah menyelamatkan hutan tidak hanya memberantas illegal logging, tetapi juga membuat bisnis legal logging terganggu, hingga akhirnya dia harus menutup perusahaan kayunya.

Jiwa entrepreneurship membuatnya terus bangkit dan tidak larut dalam kegagalan mempertahankan usaha. Bermodalkan alat berat, Amirullah membuka usaha tambang. Kebetulan dia memiliki lahan yang di dalamnya terdapat bijih nikel dan batubara.

Tahun 2006 hingga 2008 merupakan masa emas komoditi nikel. Banyak permintaan dari dalam dan luar negeri. Usahanya memang padat modal, tetapi pasarnya sangat bagus dan harga produksinya tinggi.

Hanya saja, manisnya keuntungan dari bisnis bijih nikel tidak selamanya bertahan. Pasar nikel menurun pada 2008 akibat krisis global hingga akhirnya pada 2009 usaha pertambangannya ditutup sementara karena tingginya biaya produksi yang berbanding terbalik dengan omzet penjualan.

Tapi di sisi lain, lahan tambang batubaranya di Kutai Kertanegara, Kalimantan justru membuahkan keberuntungan. Harga yang tinggi dan permintaan dari China dan India yang besar tak dilewatkannya begitu saja. Didukung modal dan alat berat yang masih produktif, Amirullah mengeksploitasi lokasi tambang miliknya yang telah mendapat izin penambangan.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Makassar itu kini memiliki lebih dari 100 unit alat berat. Dia juga mengepakkan sayap bisnis dengan ekspansi usaha perkebunan kelapa sawit di Morowali, perbatasan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat.

Kepercayaan selalu diberikan Amirullah kepada karyawannya. Kunjungan ke lokasi tambang di Kalimantan pun jarang dilakukannya. Alasannya sederhana, dia tak ingin mengintervensi kebijakan karyawan yang sudah diberi kepercayaan penuh.

Ada lebih dari seribu nyawa menggantungkan hidupnya pada PT Andatu Lestary yang didirikannya. Ini juga yang menjadi alasan mengapa Amirullah memberi kepercayaan penuh kepada karyawannya. Setiap karyawan pasti akan memberikan hasil terbaik.

Amirullah mengaku sukses menjadi penambang kelas besar tidak datang begitu saja. Selain dukungan keluarga, kejujuran dan kegigihan dalam bekerja menjadi modal utamanya. Prinsip ini ditanamkan orangtuanya yang petani sejak kecil.

Disadarinya, orangtuanya tidak memberi modal berupa harta benda, tapi nasihat pentingnya kejujuran. Nasihat inilah yang membuatnya sukses seperti sekarang. Amir berpesan agar tidak cepat berputus asa menggeluti kehidupan.

Talenta entrepreneurship tidak hanya didominasi kaum laki-laki saja. Andi Indrimilacahaya, perempuan kelahiran Makassar, 21 Juli 1966, memiliki talenta melalui kecerdasan mendesain gambar.

Peluang menggeliatnya tren mode baju rajutan di kalangan kaum muda pernah ditangkapnya dengan membuka bisnis wirausaha. Dia terjun langsung berburu ke Kota Bandung mencari orang yang akan memasarkan barangnya. Namun, karena keterbatasan modal, sehingga usaha itu tidak berkembang.

Alumni Fakultas Ekonomi Unhas tahun 1991 yang pernah mencoba menjadi karyawan PT Pertamina ini lalu merintis usaha lembaga pendidikan Bahasa Inggris. Pada 12 Maret 1996, Briton International English School didirikannya.

Usaha ini dirintis berdasarkan pengalamannya saat mendalami Bahasa Inggris untuk bersaing di tengah lautan pencari kerja di Jakarta. Tanpa kemampuan bahasa internasional, seseorang sangat sulit berkompetisi.

Saat pertama kali membuka usaha, Indri hanya mempunyai satu staf administrasi dan tujuh siswa di kelas pertamanya. Modal keberanian serta visi yang sangat kuat membuat usahanya terus melaju.

Usaha lembaga kursus memiliki karakteristik berbeda dibanding usaha lain yang fokus mengejar profit. Bisnis jasa pendidikan sangat dekat dengan kepentingan publik. Produk yang ditawarkan sangat mengandalkan kualitas.

Menjadi entrepreneur sejati memiliki kemampuan memaksimalkan sumber daya yang terbatas. Wirausahawan juga harus cerdas membidik potensi pasar. Indri memilih kelas menengah sebagai segmennya.

Getirnya hidup memulai usaha juga pernah dialami bos Mawar Advertising, Mawardi Jafar. Berdagang penganan jalangkote yang membuatnya terluka di bagian punggung karena terkena kawat berduri ketika dikejar satpam hingga memulung pernah dilakukannya ketika masih kecil.

Jiwa wirausaha yang telah tertempa sejak kecil dan beberapa tahun berada dalam kondisi usaha yang kembang kempis, Mawardi sukses berkarier di bidang periklanan. Dia mendapat kepercayaan mengelola pembuatan spanduk iklan dan segala promosi outdoor PT Astra International Honda Sales Operation.

Mulanya, dia hanya merekrut seorang karyawan kemudian terus bertambah seiring perkembangan usahanya. Mawar Advertising merupakan perusahaan perintis bisnis digital printing di Makassar.

Kemampuannya membaca peluang pasar serta talenta mengelola ceruk pasar sangat menonjol. Motivasinya untuk belajar juga sangat tinggi. Berbagai macam ilmu seperti manajemen, pemasaran, strategi bisnis diperolehnya dari berbagai seminar. Pengidola Bob Sadino ini pernah ke China mengikuti eksibisi yang dianggapnya penting bagi pengembangan diri dan usahanya.

Kini, Mawardi telah menjadi direktur utama pada tiga perusahaan yang dirintisnya. Mawardi Advertising bergerak di bidang percetakan digital printing, Mitra Pariwara Nusantara menjadi penyalur alat-alat percetakan digital bagi perusahaan percetakan yang tumbuh bak jamur di musim hujan, serta Daeng Indonesia memproduksi t-shirt bercorak lokal untuk memperkenalkan alam dan budaya Sulawesi Selatan. (harifuddin)