Rabu, 24 Agustus 2011

Bulan Ini Pengemis Tambah Kaya?

Bulan Ini Pengemis Tambah Kaya?

HL | 24 August 2011 | 11:27 307 47 5 dari 9 Kompasianer menilai inspiratif



1314169383416278416
Istirahat sejenak setelah lelah mengemis seharian?

Hampir setiap tahun pemerintah Indonesia diperhadapkan pada situasi pelik masalah pengemis jalanan. Hampir tiap bulan Ramadhan pemerintah dengan sigapnya “mengurusi” para pengemis. Sebagian masyarakat juga dengan sukarelanya memberikan “sumbangan” bagi para pengemis tersebut.  Di beberapa kota, pengemis selalu menjadi momok menakutkan bagi keindahan kota. Dan oleh karenanya pemerintah berusaha “menyingkirkan” mereka dari pusat-pusat kota. Tapi semakin mereka digusur, semakin banyak yang bermunculan. Fenomena ini menjadi fakta menggeletik untuk ditelaah. Pertanyaannya adalah:  kenapa para pengemis ini sangat menyukai pekerjaan mengemis?
13141596281204138459Nah, pemerintah Indonesia mulai tanggal 15 Agustus lalu sampai lebaran tiba katanya akan dengan tegas melakukan penjaringan kepada para pengemis yang membawa anak-anak di jalanan. Kalau saja dalam razia yang dilakukan ditemukan bukti-bukti bahwa anak-anak sewaan dipergunakan untuk mengemis, maka pemerintah akan memprosesnya sebagai tindakan pidana dengan sangsi hukum UU23/2002 tentang perlindungan anak.
Lalu bagaimana dengan para pengemis dewasa yang hanya membawa anaknya sendiri, atau dirinya sendiri? Mereka akan diserahkan ke panti asuhan atau panti sosial untuk mendapat binaan dengan harapan tidak akan lagi menekuni aktifitas sebagai pengemis. Ini sepertinya sudah menjadi tugas tahunan pemerintah. Masalahnya kebanyakan setelah mendapatkan pembinaan, toh akhirnya mereka kembali ke jalanan sebagai pengemis. Di Manado, hari ini ditertibkan, besok mereka kembali sebagai pengemis. Saya lihat itu berulangkali.
Lalu kenapa? Ada apa dengan pekerjaan ini? Apakah pekerjaan ini membuat seseorang menjadi kaya?
Jawabannya sungguh mengejutkan. Bahwa ada pengemis yang bahkan bisa lebih kaya dari PNS atau Manager perusahaan menengah bawah sekalipun. Ini adalah “pekerjaan” yang menggiurkan.
Jangan kita kira bahwa pendapatan para pengemis yang berpakaian lusuh dan kotor, serta berpenampilan menjijikkan itu pastilah hanya cukup untuk makan sehari-hari. Bahkan ada yang mengira bahwa pendapatan itu tidak cukup untuk membuat mereka kenyang. Tapi siapa menyangka bahwa banyak di antara mereka yang penghasilannya mencapai jutaan rupiah dalam sebulan?  Bagaimana mungkin?
Fenomena pengemis yang kaya ini bukan hanya di negara maju seperti di Amerika, Inggris dan negara-negara Arab, tapi juga di Indonesia. Apalagi ketika para pengemis di negeri ini mendapat banyak sedekah di bulan Ramadhan, semakin bertambah-tambahlah “lumbung” mereka. Luar biasa. Apakah kita sudah siap beralih profesi menjadi pengemis? Jangan dulu tergesa-gesa…… Supaya lebih menggiurkan mari kita lihat beberapa survey dan pendapat berikut ini.
13141597211395673538
Ganteng-ganteng ada juga yang punya profesi sebagai pengemis (From American Homeless site
Amerika memang adalah negara super maju, baik teknologinya maupun ekonominya. Tapi akhir-akhir ini perekonomian Amerika semakin berjalan downwards. CNN beberapa hari lalu menyiarkan tentang krisis ekonomi Amerika yang luar biasa, dan itu makin terlihat dengan antrinya ribuan orang yang ingin mencari keberuntungan di salah satu job fair bertajuk For the People Jobs Initiative di Georgia Atlanta. Ada setidaknya 90 perusahaan yang ikut ambil bagian dalam menjaring karyawan itu. Tapi, yang datang melamar ribuan orang. Beberapa jalan sampai ditutup gara-gara antrian yang teramat panjang itu. Pengangguran pun semakin meningkat tak terelakkan.
Seiring dengan ekonomi yang lagi down, selain pengangguran yang meningkat juga menyebabkan peningkatan jumlah pengemis di daerah-daerah perkotaan. Jangan pikir New York itu kota kaya, maka semua penduduknya pasti kaya raya. Di sudut-sudut jalan banyak ditemukan para pengemis duduk minta-minta. Bagi mereka mungkin mengemis adalah cara paling efisien untuk menghasilkan uang. Ada pasangan pengemis bernama Jason Pancoast dan Elizabeth Johnson yang menggambarkan diri mereka sebagai ‘pengemis kaya’. Mereka berasal dari negara bagian (state) Oregon. Menurut mereka karena kegigihannya dalam mengemis, mereka berhasil menghasilkan 30.000-40.000USD atau sekitar Rp.328.000.000 dalam setahun. Sehari mereka bisa mendapatkan sekitar 20-50 USD atau kalau lagi ramai bisa mencapai 300 USD, bahkan pernah mereka mendapatkan 800 USD (hampir 7 juta) dalam satu hari! Jauh lebih tinggi dari penghasilan Manager-manager kelas McDonald, Dunkin Donuts, Burger King atau usaha-usaha sejenis itu.
Di Sydney Australia, pekerjaan mengemis dilakukan orang-oreang yang tidak punya rumah atau tunawisma. Mereka rela duduk berlama-lama menengadahkan tangannya hingga 16 jam sehari. Biasanya para pengemis senang mangkal di jalanan yang ramai seperti di daerah George and Market CBD. Pekerjaan ini terbukti mampu menghasilkan uang yang banyak, bisa mencapai 400 AUS$ dalam sehari atau setara dengan Rp.3.600.000,-
Arab merupakan salah satu negara kaya dan terkenal makmur. Tapi walaupun demikian, di negara ini bukan berarti bebas dari pengemis. Di sana pengemis memanfaatkan moment saat orang-orang berbondong-bondong datang ke mesjid untuk shalat. Menurut catatan jika sedang beruntung dalam sehari mereka mendapatkan uang sebanyak 300 Riyal atau setara Rp.700.000. Dalam sebulan rata-rata mereka bisa mengumpulkan sampai 19.000 Riyal atau setara dengan Rp.220.000.000!
Bagaimana dengan di Indonesia? Jangan kaget. Ternyata pendapatan para pengemis tertentu di negara ini juga cukup mengejutkan. Tak kalah dengan “saingan” mereka para pengemis di negara maju. Ada kesaksian dari seorang pengemis kaya asal Surabaya bahwa ia memiliki 2 sepeda motor, sebuah mobil Honda CRV, dan empat rumah! Semuanya diperoleh dari hasil mengemis. Tapi ia ternyata mempunyai kedudukan sebagai ‘boss pengemis’, artinya ia mempekerjakan beberapa pengemis jalanan lainnya (mungkin termasuk anak-anak?).
Ia tidak bekerja sendirian untuk mengais rejeki, tapi dengan mempekerjakan beberapa pengemis jalanan ternyata hasilnya cukup efektif. Ia memperoleh sekitar Rp.300.000 perhari yang berarti Rp.9.000.000 perbulan. Bahkan ibu saya yang sudah dinas hampir 30 tahun sebagai PNS, tidak memperoleh pendapatan sebanyak itu.
Secara iseng, di Manado waktu lalu saya sempat bertanya kepada seorang pengemis jalanan. Ibu ini ternyata bekerja selalu bersama anak perempuan yang masih kecil. Usia sekolah, sangat disayangkan ternyata apa lacur waktunya hanya dipakai buat mengemis. Nah, usaha mengemis yang menjamur di pusat kota Manado rupa-rupanya  semakin dimodifikasi. Tidak lagi hanya duduk diam meminta-minta sedekah. Tapi kini mereka jualan kacang bungkus kecil seharga Rp.1000,- (ada yang membelinya dengan Rp.2000) Sasaran mereka adalah rumah-rumah makan, kedai-kedai dan di depan supermarket-supermarket.
Saya menjulukinya sebagai ’semi mengemis’ sebab walau dengan alasan menjual kacang, tetap namanya adalah mengemis. Hampir selalu kacang yang dijual tidak diambil oleh si pembeli, mereka hanya memberikan uang! Lalu pendapatan mereka bagaimana? Oooh, sungguh mengasyikkan! Katanya dalam sehari mereka berdua masing-masing mendapatkan minimal Rp.40.000 jadi dikalikan 2 = Rp.80.000. Kalau seminggu (mereka ‘bekerja’ 7 hari) berarti mereka mendapatkan Rp.80.000 x 7 = Rp.560.000,- Nah, kalau sebulan berarti uang yang terkumpul kurang lebih sebanyak Rp.2.240.000,- sebuah angka yang fantastis untuk ukuran pengemis jalanan. Lebih banyak dari rata-rata gaji seorang supervisor di kota Manado.
Memang di mata sebagian masyarakat pengemis dan mengemis adalah sosok dan pekerjaan yang ‘hina’ dan dipandang sebelah mata. Bahkan banyak teman menyebutnya sebagai ’sampah masyarakat’ disejajarkan dengan pelacur dan penjudi. Wah..wah..wah…kalau begitu apa tindakan pemerintah?
Operasi penjaringan dan penertiban pengemis sebetulnya terlihat seperti menempatkan para pengemis sebagai “pelaku kriminal” sedangkan pemerintah sebagai pihak yang dirugikan. Kalau pemerintah menaruh harapan berlebihan bahwa dengan cara itu maka persoalannya akan selesai, ah…. omong kosong dan tidak efektif lah. Sebab yang menjadi pokok persoalan adalah kesenjangan sosial yang makin kentara dan makin lebar. Daripada mereka mati, mungkin mereka berpikir lebih baik “bekerja” dan di mata mereka pekerjaan mengemis tentu saja “halal”. Toh lebih baik mengemis daripada merampok, mencuri atau menjambret?
1314159879875524003
Berilah sedekahmu selagi kamu bisa….(IndonesianOneSide)
Harusnya mereka dibina bukan dicemooh sebagai sampah masyarakat atau benalu masyarakat atau bahkan ditakut-takuti dengan ancaman sweeping. Upaya apapun yang dilakukan kalau tidak menyentuh masalah yang paling hakiki, masalah yang paling krusial dan substansial rasa-rasanya akan sia-sia. Kesejahteraan sosial sebagai wujud pengamalan salah satu sila dari Pancasila harus merupakan titik gerak, atau titik loncat dalam mengatasi masalah ini. Kalau pengemis dijadikan ‘musuh’ dan dianggap ‘lawan’ atau terlebih dikatakan sebagai ’sampah’ yang harus dibersihkan dari kota-kota besar, persoalan ini akan tetap hadir dari tahun ke tahun. Kan, ternyata dengan mengemis orang bisa menjadi kaya? So, why not? Mungkin begitu pikiran sempit mereka? Daripada jadi buronan KPK dan Interpol gara-gara korupsi uang miliaran rupiah, mendingan dikejar-kejar Sat.PolPP toh tertangkap dan diusir hari ini, besok mengemis lagi di sudut kota yang lain. Easy. Nothing to worry about!
Ini bulan penuh berkat. Tentu akan ada banyak berkat juga yang bakalan diperoleh para pengemis. Anggap saja sebagai bonus tahunan mereka. Kalau PNS atau karyawan perusahaan bonafide sering dapat bonus tahunan, maka bonus tahunan para pengemis adalah bulan-bulan seperti ini. Mari kita memberi sedekah!

Note: Jangan pernah membaca tulisan ini sebagai bertujuan mendukung para pengemis dan atau ajakan untuk menjadi pengemis. Ini cuma sekedar referensi supaya tidak melihat para pengemis dengan ‘kaca mata kuda’ saja.
Michael Sendow.
Sumber:

Kisah sebatang Pohon Tua

Kisah sebatang Pohon Tua

Suatu ketika, di sebuah padang, tersebutlah sebatang pohon rindang. Dahannya rimbun dengan dedaunan. Batangnya tinggi menjulang. Akarnya, tampak menonjol keluar, menembus tanah hingga dalam. Pohon itu, tampak gagah di banding dengan pohon-pohon lain di sekitarnya.

Pohon itupun, menjadi tempat hidup bagi beberapa burung disana. Mereka membuat sarang, dan bergantung hidup pada batang-batangnya. Burung-burung itu membuat lubang, dan mengerami telur-telur mereka dalam kebesaran pohon itu. Pohon itupun merasa senang, mendapatkan teman, saat mengisi hari-harinya yang panjang.

Orang-orang pun bersyukur atas keberadaan pohon tersebut. Mereka kerap singgah, dan berteduh pada kerindangan pohon itu. Orang-orang itu sering duduk, dan membuka bekal makan, di bawah naungan dahan-dahan. "Pohon yang sangat berguna," begitu ujar mereka setiap selesai berteduh. Lagi-lagi, sang pohon pun bangga mendengar perkataan tadi.

Namun, waktu terus berjalan. Sang pohon pun mulai sakit-sakitan. Daun-daunnya rontok, ranting-rantingnya pun mulai
berjatuhan. Tubuhnya, kini mulai kurus dan pucat. Tak ada lagi kegagahan yang dulu di milikinya.
Burung-burung pun mulai enggan bersarang disana. Orang yang lewat, tak lagi mau mampir dan singgah untuk berteduh.

Sang pohon pun bersedih. "Ya Tuhan, mengapa begitu berat ujian yang Kau berikan padaku? Aku butuh teman. Tak ada lagi yang mau mendekatiku. Mengapa Kau ambil semua kemuliaan yang pernah aku miliki?" begitu ratap sang pohon,
hingga terdengar ke seluruh hutan. "Mengapa tak Kau tumbangkan saja tubuhku, agar aku tak perlu merasakan siksaan ini?" Sang pohon terus menangis, membasahi tubuhnya yang kering.

Musim telah berganti, namun keadaan belumlah mau berubah. Sang pohon tetap kesepian dalam kesendiriannya. Batangnya tampak semakin kering. Ratap dan tangis terus terdengar setiap malam, mengisi malam-malam hening yang panjang.
Hingga pada saat pagi menjelang. "Cittt...cericirit...cittt" Ah suara apa itu? Ternyata, ada seekor anak burung yang baru menetas. Sang pohon terhenyak dalam lamunannya. "Cittt...cericirit...cittt," suara itu makin keras melengking. Ada lagi anak
burung yang baru lahir. Lama kemudian, riuhlah pohon itu atas kelahiran burung-burung baru. Satu... dua... tiga... dan empat
anak burung lahir ke dunia. "Ah, doaku di jawab-Nya," begitu seru sang pohon.

Keesokan harinya, beterbanganlah banyak burung ke arah pohon itu. Mereka,akan membuat sarang-sarang baru. Ternyata, batang kayu yang kering, mengundang burung dengan jenis tertentu tertarik untuk mau bersa rang disana.
Burung-burung itu merasa lebih hangat berada di dalam batang yang kering, ketimbang sebelumnya. Jumlahnya pun lebih banyak dan lebih beragam. "Ah, kini hariku makin cerah bersama burung-burung ini", gumam sang pohon dengan berbinar.

Sang pohon pun kembali bergembira. Dan ketika dilihatnya ke bawah, hatinya kembali membuncah. Ada sebatang tunas baru yang muncul di dekat akarnya. Sang Tunas tampak tersenyum. Ah, rupanya, airmata sang pohon tua itu, membuahkan bibit baru yang akan melanjutkan pengabdiannya pada alam.

***

Teman, begitulah. Adakah hikmah yang dapat kita petik disana? Allah memangselalu punya rencana-rencana rahasia buat kita. Allah, dengan kuasa yang Maha Tinggi dan Maha Mulia, akan selalu memberikan jawaban-jawaban buat kita.
Walaupun kadang penyelesaiannya tak selalu mudah ditebak, namun, yakinlah, Allah Maha Tahu yang terbaik buat kita.

Saat dititipkan-Nya cobaan buat kita, maka di saat lain, diberikan-Nya kita karunia yang berlimpah. Ujian yang sandingkan-Nya, bukanlah harga mati. Bukanlah suatu hal yang tak dapat disiasati. Saat Allah memberikan cobaan
pada sang Pohon, maka, sesungguhnya Allah, sedang MENUNDA memberikan kemuliaan-Nya. Allah tidak memilih untuk
menumbangkannya, sebab, Dia menyimpan sejumlah rahasia. Allah, sedang menguji kesabaran yang dimiliki.

Teman, yakinlah, apapun cobaan yang kita hadapi, adalah bagian dari rangkaian kemuliaan yang sedang dipersiapkan-Nya buat kita. Jangan putus asa, jangan lemah hati. Allah, selalu bersama orang-orang yang sabar.

5 menit saja

Files under Kata-kata Bijak | Posted by admin
5 menit saja
Seorang ibu duduk di samping seorang pria di bangku dekat Taman-Main di West Coast Park pada suatu minggu pagi yang indah cerah. “Tuh.., itu putraku yang di situ,” katanya, sambil menunjuk ke arah seorang anak kecil dalam T-shirt merah yang sedang meluncur turun dipelorotan. Mata ibu itu berbinar, bangga.
“Wah, bagus sekali bocah itu,” kata bapak di sebelahnya. “Lihat anak yang sedang main ayunan di bandulan pakai T-shirt biru itu? Dia anakku,” sambungnya, memperkenalkan. Lalu, sambil melihat arloji, ia memanggil putranya. “Ayo Jack, gimana kalau kita sekarang pulang?” Jack, bocah kecil itu, setengah memelas, berkata, “Kalau lima menit lagi,boleh ya, Yahhh? Sebentar lagi Ayah, boleh kan? Cuma tambah lima menit kok,yaaa…?”
Pria itu mengangguk dan Jack meneruskan main ayunan untuk memuaskan hatinya. Menit menit berlalu, sang ayah berdiri, memanggil anaknya lagi. “Ayo, ayo, sudah waktunya berangkat?” Lagi-lagi Jack memohon, “Ayah, lima menit lagilah. Cuma lima menit tok, ya? Boleh ya, Yah?” pintanya sambil menggaruk-garuk kepalanya. Pria itu bersenyum dan berkata, “OK-lah, iyalah…”
“Wah, bapak pasti seorang ayah yang sabar,” ibu yang di sampingnya, dan melihat adegan itu, tersenyum senang dengan sikap lelaki itu. Pria itu membalas senyum, lalu berkata, “Putraku yang lebih tua, John, tahun lalu terbunuh selagi bersepeda di dekat sini, oleh sopir yang mabuk. Tahu tidak, aku tak pernah memberikan cukup waktu untuk bersama John. Sekarang apa pun ingin kuberikan demi Jack, asal saja saya bisa bersamanya biar pun hanya untuk lima menit lagi. Saya bernazar tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi terhadap Jack. Ia pikir, ia dapat lima menit ekstra tambahan untuk berayun, untuk terus bermain. Padahal, sebenarnya, sayalah yang memperoleh tambahan lima menit memandangi dia bermain, menikmati kebersamaan bersama dia, menikmati tawa renyah-bahagianya….”
Hidup ini bukanlah suatu lomba. Hidup ialah masalah membuat prioritas. Berikanlah pada seseorang yang kaukasihi, lima menit saja dari waktumu, dan engkau pastilah tidak akan menyesal selamanya. Prioritas apa yang Anda miliki saat ini?
SUMBER:

Paradigma

Paradigma

Files under Cerita Motivasi | Posted by admin
paradigmaSore itu disebuah subway di kota New York, suasana cukup sepi. Kereta api bawah tanah itu cukup padat oleh orang-orang yang baru pulang kerja.
Tiba-tiba, suara hening terganggu oleh ulah dua orang bocah kecil berumur sekitar 3 dan 5 tahun yang berlarian kesana kemari. Mereka berdua mulai mengganggu penumpang lain. Yang kecil mulai menarik- narik korang yang sedang dibaca oleh seorang penumpang, kadang merebut pena ataupun buku penumpang yang lain. Si kakak sengaja berlari dan menabrak kaki beberapa penumpang yang berdiri menggantung karena penuhnya gerbong itu.
Beberapa penumpang mulai terganggu oleh ulah kedua bocah nakal itu, dan beberapa orang mulai menegur bapak dari kedua anak tersebut. “Pak, tolong dong anaknya dijaga!” pinta salah seorang penumpang. Bapak kedua anak itu memanggil dan menenangkannya. Suasana kembali hening, dan kedua anak itu duduk diam. Tak lama kemudian, keduanya mulai bertingkah seperti semula, bahkan semakin nakal. Apabila sekali diusilin masih diam saja, kedua anak itu makin berani. Bahkan ada yang korannya sedang dibaca, langsung saja ditarik dan dibawa lari. Bila si-empunya koran tidak bereaksi, koran itu mulai dirobek-robek dan diinjak-injak.
Beberapa penumpang mulai menegur sang ayah lagi dengan nada mulai kesal. Mereka benar-benar merasa terganggu, apalagi suasana pulang kerja, mereka masih sangat lelah. Sang ayah memanggil kembali kedua anaknya, dan keduannya mulai diam lagi. Tapi hal itu tidak berlangsung lama. Si anak mulai membuat ulah yang semakin membuat para penumpang di gerbong bawah tanah itu mulai marah.
Beberapa penumpang mulai memarahi sang ayah dan membentak. “Pak bisa mendidik anak tidak sich!” kata seorang penumpang dengan geram.
“Dari tadi anaknya mengganggu semua orang disini, tapi bapak koq diam saja”. Sang ayah bangkit dari duduknya, menghampiri kedua anaknya yang masih mungil, menenangkannya, dan dengan sangat sopan berdiri dan berkata kepada para penumpang yang ada di gerbong itu. “Bapak-bapak dan ibu-ibu semua, mohon maaf atas kelakuan kedua anak saya ini. Tidak biasanya mereka berdua bertingkah nakal seperti saat ini. Tadi pagi, kedua anak saya ini baru saja ditinggal oleh ibu mereka yang sangat mereka cintai. Ibu kedua anak saya ini meninggal karena penyakit LEUKEMIA yang dideritanya”. Bapak itu diam sejenak, dan sambil mengelus kepala kedua anaknya meneruskan ceritanya. “Mungkin karena kejadian yang menimpa ibu mereka berdua itu begitu mendadak, membuat kedua anak saya ini belum bisa menerima kenyataan dan agak sedikit shock karenanya. Sekali lagi saya mohon maaf”. Seluruh orang didalam gerbong kereta api bawah tanah itu seketika terdiam. Mereka dengan tiba-tiba berubah total, dari memandang dengan perasaan kesal karena kenakalannya, berubah menjadi perasaan iba dan sayang. Kedua anak itu masih tetap nakal, mengganggu seluruh penumpang yang ditemuinya. Tetapi, orang yang diganggu malah kelihatan tambah menampakkan kasih sayangnya. Ada yang memberinya coklat, bahkan ada yang menemaninya bermain.
PERHATIKAN KONDISI SUBWAY ITU. PENUMPANGNYA MASIH SAMA. KEDUA ANAK ITU MASIH NAKAL-NAKAL. Tetapi terjadi perubahan yang sangat mencolok. SUASANA DIDALAM SUBWAY ITU BERUBAH 180 DERAJAT. KENAPA?…. KARENA SEBUAH INFORMASI. INILAH YANG DISEBUT PERUBAHAN PARADIGMA. Ternyata, batas antara SETUJU dan MENOLAK itu sangat tipis sekali. Dan itu tidak akan pernah dapat ditembus, kecuali oleh sebuah INFORMASI yang benar.
Sumber:

Kamis, 11 Agustus 2011

Judul: Renungan Indah


Renungan Indah - W.S. Rendra (Alm.)

Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milikku

Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya

Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya:
Mengapa Dia menitipkan padaku ?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu ?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?

Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya
?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku

Aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas, dan
kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku

Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika:
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia
kerap menghampiriku.

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
Dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku

Gusti,
Padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah.
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"

(Puisi terakhir Rendra yang dituliskannya diatas ranjang RS)..

Modal Kita 86.400 Detik



Monday, 16 February 2009 14:22
Nadia termangu di ujung kolam. Sudah dua tahun ia selalu menajdi juara dalam kompetisi renang antar perusahaan. Kali ini ia hanya menduduki peringkat ke enam. Nadia tertinggal dua detik dengan juara pertama dan tertinggal kurang dari dua detik dengan peringkat 2, 3, 4 dan 5. Karena tertinggal dua detik, Nadia gagal mempertahankan mahkota juaranya. Hadiah uang tunai senilai Rp. 10 juta pun lepas dari tangannya. Hanya karena tertinggal dua detik, Nadia meneteskan air mata kesedihannya di pinggir kolam seusai perlombaan.
Dua detik amatlah berarti bagi para juara. Jangankan terlambat dua detik, terlambat satu detik atau bahkan kurang dari itu akan membuat mahkota juara berpindah tangan.

Para pembalap formula satu, pelari cepat, pedayung, dan para olah ragawan akan berlatih keras hanya untuk mempertahankan rekor yang pernah dicatatnya. Mereka tak ingin kecepatannya berkurang walau hanya satu detik.
Hidup pun sama halnya dengan perlombaan. Bila ingin menjadi juara, kita tidak boleh tertinggal walau hanya satu detik. Sang Pemilik Jagad Raya memberikan hal yang berbeda kepada umatnya soal harta. Ada mereka yang berlimpah harta, ada yang miskin papa, ada pula yang hidup pas-pasan. Sang Pencipta pun memberikan hal yang berbeda untuk wajah. Ada yang tampan jelita, cantik, ayu, ada pula yang berparas biasa, bahkan ada yang berparas di bawah rata-rata.
Namun untuk waktu, Sang Khalik memberikan persis sama untuk semua manusia. Tak peduli apakah kita presiden, pengusaha, kyai, guru, petani, pengangguran, mahasiswa, atau pekerja sosial, semua diberi modal yang sama 24 jam atau 86.400 detik setiap hari.
Bila kita hanya mampu menghasilkan sesuatu yang senilai 86.400 detik per hari, kita balik modal. Bila kita tak mampu menghasilkan sesuatu senilai 86.400 detik per hari sebenarnya kita rugi. Agar kita memperoleh keuntungan, dalam satu hari kita harus menghasilkan sesuatu yang bernilai lebih dari 86.400 detik.
Coba kita bayangkan! Selama perjalanan hidup kita hingga saat ini, berapa detik waktu yang telah kita buang atau sia-siakan? Berapa detik yang dihabiskan untuk ngerumpi (bergosip) dan menyaksikan acara TV tak berkualitas? Berapa detik pula telah kita gunakan untuk bermaksiat kepada Sang Maha Pemurah yang telah memberikan modal 86.400 detik setiap hari kepada kita?
Kita mungkin juga jarang menghitung berapa detik waktu yang telah kita habiskan untuk tidur? Berapa detik waktu yang telah kita habiskan untuk perjalanan dari rumah menuju kantor, dan sebaliknya.
Agar modal 86.400 detik yang telah kita terima terus berkembang dan tidak merugi, investasikan setiap detik kita untuk sesuatu yang bermanfaat. Tebarkan energi positif, kebaikan, dan amal saleh kepada orang-orang disekitar kita. Di mulai dari sekedar senyum dan wajah cerah hingga meringankan beban orang lain, lalu berbagi ilmu kepada orang yang membutuhkan, melakukan pekerjaan yang menantang dan berbagi harta kepada mereka yang nasibnya kurang beruntung. Semua kegiatan yang menyumbang kepada peningkatan harkat dan martabat masyarakat akan menjadikan modal 86.400 detik kita terus berkembang dan produktif.
Saat Nadia terlambat dua detik, ia kehilangan mahkota juara juga hadiahnya. Ia meneteskan air mata kesedihan di ujung kolam. Bagaimana dengan kita yang telah mengambaikan ribuan atau jutaan detik? Berapa kerugian yang telah kita derita? Ayo kita tutup kerugian masa lalu. Jadikan setiap detik yang kita punya membawa manfaat buat kita, keluarga, saudara, masyarakat dan bangsa.[rofx]

Rabu, 10 Agustus 2011

KISAH NYATA DARI TANAH ARAB.....

Ditengah gemuruhnya kota, ternyata Riyadh menyimpan bayak kisah.
Kota ini menyimpan rahasia yang hanya diperdengarkan kepada telinga dan hati yang mendengar. Tentu saja, Hidayah adalah kehendak NYA dan Hidayah hanya akan diberikan kepada mereka yang mencarinya.
Ada sebuah energi yang luar biasa dari cerita yang kudengar beberapa hari yang lalu dari sahabat Saya mengenal banyak dari mereka, ada beberapa dari Palestina, Bahrain, Jordan, Syiria, Pakistan, India, Srilanka dan kebanyakan dari Mesir dan Saudi Arabia sendiri. Ada beberapa juga dari suku Arab yang tinggal dibenua Afrika. Salah satunya adalah teman dari Negara Sudan, Afrika.
Saya mengenalnya dengan nama Ammar Mustafa, dia salah satu Muslim kulit hitam yang juga kerja di Hotel ini.
Beberapa bulan ini saya tidak lagi melihatnya berkerja.
Biasanya saya melihatnya bekerja bersama pekerja lainnya menggarap proyek bangunan di tengah terik matahari kota Riyadh yang sampai saat ini belum bisa ramah dikulit saya.
Hari itu Ammar tidak terlihat.
Karena penasaran, saya coba tanyakan kepada Iqbal tentang kabarnya.
"Oh kamu tidak tahu?"
Jawabnya balik bertanya, memakai bahasa Ingris khas India yang bercampur dengan logat urdhu yang pekat.
"Iyah beberapa minggu ini dia gak terlihat di Mushola ya?" Jawab saya.
Selepas itu, tanpa saya duga iqbal bercerita panjang lebar tentang Ammar.
Dia menceritakan tentang hidup Ammar yang pedih dari awal hingga akhir, semula saya keheranan melihat matanya yang menerawang jauh. Seperti ingin memanggil kembali sosok teman sekamarnya itu.
Saya mendengarkan dengan seksama.
Ternyata Amar datang ke kota Riyadh ini lima tahun yang lalu, tepatnya sekitar tahun 2004 lalu.
Ia datang ke Negeri ini dengan tangan kosong, dia nekad pergi meninggalkan keluarganya di Sudan untuk mencari kehidupan di Kota ini. Saudi arabia memang memberikan free visa untuk Negara Negara Arab lainnya termasuk Sudan, jadi ia bisa bebas mencari kerja disini asal punya Pasport dan tiket. 
Sayang, kehidupan memang tidak selamanya bersahabat.
Do'a Ammar untuk mendapat kehidupan yang lebih baik di kota ini demi keluarganya ternyata saat itu belum terkabul. Dia bekerja berpindah pindah dengan gaji yang sangat kecil, uang gajinya tidak sanggup untuk membayar apartemen hingga ia tinggal di apartemen teman temannya.
Meski demikian, Ammar tetap gigih mencari pekerjaan.
Ia tetap mencari kesempatan agar bisa mengirim uang untuk keluarganya di Sudan.
Bulan pertama berlalu kering, bulan kedua semakin berat...
Bulan ketiga hingga tahun tahun berikutnya kepedihan Ammar tidak kunjung berakhir..
Waktu bergeser lamban dan berat, telah lima tahun Ammar hidup berpindah pindah di Kota ini. Bekerja dibawah tekanan panas matahari dan suasana Kota yang garang.
Tapi amar tetap bertahan dalam kesabaran.
Kota metropolitan akan lebih parah dari hutan rimba jika kita tidak tahu caranya untuk mendapatkan uang, dihutan bahkan lebih baik. Di hutan kita masih bisa menemukan buah buah, tapi di kota? Kota adalah belantara penderitaan yang akan menjerat siapa saja yang tidak mampu bersaing.
Riyadh adalah ibu kota Saudi Arabia.
Hanya berjarak 7 jam dari Dubai dan 10 Jam jarak tempuh dengan bis menuju Makkah. Dihampir keseluruhan kota ini tidak ada pepohonan untuk berlindung saat panas. Disini hanya terlihat kurma kurma yang berbuah satu kali dalam setahun..
Amar seperti terjerat di belantara Kota ini.
Pulang ke suddan bukan pilihan terbaik, ia sudah melangkah, ia harus membawa perubahan untuk kehidupan keluarganya di negeri Sudan. Itu tekadnya.
Ammar tetap tabah dan tidak berlepas diri dari keluarganya.
Ia tetap mengirimi mereka uang meski sangat sedikit, meski harus ditukar dengan lapar dan haus untuk raganya disini.
Sering ia melewatkan harinya dengan puasa menahan dahaga dan lapar sambil terus melangkah, berikhtiar mencari suap demi suap nasi untuk keluarganya di Sudan.
Tapi Ammar pun Manusia.
Ditahun kelima ini ia tidak tahan lagi menahan malu dengan teman temannya yang ia kenal, sudah lima tahun ia berpindah pindah kerja dan numpang di teman temannya tapi kehidupannya tidak kunjung berubah.
Ia memutuskan untuk pulang ke Sudan.
Tekadnya telah bulat untuk kembali menemui keluarganya, meski dengan tanpa uang yang ia bawa untuk mereka yang menunggunya.
Saat itupun sebenarnya ia tidak memiliki uang, meski sebatas uang untuk tiket pulang.
Ia memaksakan diri menceritakan keinginannya untuk pulang itu kepada teman terdekatnya. Dan salah satu teman baik amar memahaminya ia memberinya sejumlah uang untuk beli satu tiket penerbangan ke Sudan.
Hari itu juga Ammar berpamitan untuk pergi meninggalkan kota ini dengan niat untuk kembali ke keluarganya dan mencari kehidupan di sana saja.
Ia pergi ke sebuah Agen di jalan Olaya- Riyadh, utuk menukar uangnya dengan tiket. Sayang, ternyata semua penerbangan Riyadh-Sudan minggu ini susah didapat karena konflik di Libya, Negara tetangganya. Tiket hanya tersedia untuk kelas executive saja. 
Akhirnya ia beli tiket untuk penerbangan minggu berikutnya.
Ia memesan dari saat itu supaya bisa lebih murah. Tiket sudah ditangan, dan jadwal terbang masih minggu depan.
Ammar sedikit kebingungan dengan nasibnya.
Tadi pagi ia tidak sarapan karena sudah tidak sanggup lagi menahan malu sama temannya, siang inipun belum ada celah untuk makan siang. Tapi baginya ini bukan hal pertama. Ia hampir terbiasa dengan kebiasaan itu.
Adzan dzuhur bergema..
Semua Toko Toko, Supermarket, Bank, dan Kantor Pemerintah serentak menutup pintu dan menguncinya. Security Kota berjaga jaga di luar kantor kantor, menunggu hingga waktu Shalat berjamaah selesai.
Ammar tergesa menuju sebuah masjid di pusat kota Riyadh.
Ia mengikatkan tas kosongnya di pinggang, kemudian mengambil wudhu.. memabasahi wajahnya yang hitam legam, mengusap rambutnya yang keriting dengan air.
Lalu ia masuk mesjid. Shalat 2 rakaat untuk menghormati masjid. Ia duduk menunggu mutawwa memulai shalat berjamaah.
Hanya disetiap shalat itulah dia merasakan kesejukan,
Ia merasakan terlepas dari beban Dunia yang menindihnya, hingga hatinya berada dalam ketenangan ditiap menit yang ia lalui.
Shalat telah selesai.
Ammar masih bingung untuk memulai langkah.
Penerbangan masih seminggu lagi.
Ia diam.
Dilihatnya beberapa mushaf al Qur'an yang tersimpan rapi di pilar pilar mesjid yang kokoh itu. Ia mengmbil salah satunya, bibirnya mulai bergetar membaca taawudz dan terus membaca al Qur'an hingga adzan Ashar tiba menyapanya.
Selepas Maghrib ia masih disana.
Beberapa hari berikutnya, Ia memutuskan untuk tinggal disana hingga jadwal penerbangan ke Sudan tiba.
Ammar memang telah terbiasa bangun awal di setiap harinya.
Seperti pagi itu, ia adalah orang pertama yang terbangun di sudut kota itu.
Ammar mengumandangkan suara indahnya memanggil jiwa jiwa untuk shalat, membangunkan seisi kota saat fajar menyingsing menyapa Kota.
Adzannya memang khas.
Hingga bukan sebuah kebetulan juga jika Prince (Putra Raja Saudi) di kota itu juga terpanggil untuk shalat Subuh berjamaah disana.
Adzan itu ia kumandangkan disetiap pagi dalam sisa seminggu terakhirnya di kota Riyadh.
Hingga jadwal penerbanganpun tiba. Ditiket tertulis jadwal penerbangan ke Sudan jam 05:23am, artinya ia harus sudah ada di bandara jam 3 pagi atau 2 jam sebelumnya.
Ammar bangun lebih awal dan pamit kepada pengelola masjid, untuk mencari bis menuju bandara King Abdul Azis Riyadh yang hanya berjarak kurang dari 30 menit dari pusat Kota.
Amar sudah duduk diruang tunggu dibandara,
Penerbangan sepertinya sedikit ditunda, kecemasan mulai meliputinya.
Ia harus pulang kenegerinya tanpa uang sedikitpun, padahal lima tahun ini tidak sebentar, ia sudah berusaha semaksimal mungkin.
Tapi inilah kehidupan, ia memahami bahwa dunia ini hanya persinggahan.
Ia tidak pernah ingin mencemari kedekatannya dengan Penggenggam Alam semesta ini dengan mengeluh. Ia tetap berjalan tertatih memenuhi kewajiban kewajibannya, sebagai Hamba Allah, sebagai Imam dalam keluarga dan ayah buat anak anaknya.
Diantara lamunan kecemasannya, ia dikejutkan oleh suara yang memanggil manggil namanya.
Suara itu datang dari speaker dibandara tersebut, rasa kagetnya belum hilang Ammar dikejutkan lagi oleh sekelompok berbadan tegap yang menghampirinya.
Mereka membawa Ammar ke mobil tanpa basa basi, mereka hanya berkata "Prince memanggilmu".
Ammarpun semakin kaget jika ia ternyata mau dihadapkan dengan Prince.  Prince adalah Putra Raja, kerajaan Saudi tidak hanya memiliki satu Prince. Prince dan Princess mereka banyak tersebar hingga ratusan diseluruh jazirah Arab ini. Mereka memilii Palace atau Istana masing masing.
Keheranan dan ketakutan Ammar baru sirna ketika ia sampai di Mesjid tempat ia menginap seminggu terakhir itu, disana pengelola masjid itu menceritakan bahwa Prince merasa kehilangan dengan Adzan fajar yang biasa ia lantunkan.
Setiap kali Ammar adzan prince selalu bangun dan merasa terpanggil..
Hingga ketika adzan itu tidak terdengar, Prince merasa kehilangan. Saat mengetahui bahwa sang Muadzin itu ternyata pulang kenegerinya Prince langsung memerintahkan pihak bandara untuk menunda penerbangan dan segera menjemput Ammar yang saat itu sudah mau terbang untuk kembali ke Negerinya.
Singkat cerita, Ammar sudah berhadapan dengan Prince.
Prince menyambut Ammar dirumahnya, dengan beberapa pertanyaan tentang alasan kenapa ia tergesa pulang ke Sudan.
Amarpun menceritakan bahwa ia sudah lima tahun di Kota Riyadh ini dan tidak mendapatkan kesempatan kerja yang tetap serta gaji yang cukup untuk menghidupi keluarganya.
Prince mengangguk nganguk dan bertanya: "Berapakah gajihmu dalam satu bulan?"
Amar kebingungan, karena gaji yang ia terima tidak pernah tetap. Bahkan sering ia tidak punya gaji sama sekali, bahkan berbulan bulan tanpa gaji dinegeri ini.
Prince memakluminya.
Beliau bertanya lagi: "Berapa gaji paling besar dalam sebulan yang pernah kamu dapati?"
Dahi Ammar berkerut mengingat kembali catatan hitamnya selama lima tahun kebelakang. Ia lalu menjawabnya dengan malu: "Hanya SR 1.400", jawab Ammar.
Prince langsung memerintahkan sekretarisnya untuk menghitung uang.
1.400 Real itu dikali dengan 5 tahun (60 bulan) dan hasilnya adalah SR 84.000 (84 Ribu Real = Rp. 184. 800.000). Saat itu juga bendahara Prince menghitung uang dan menyerahkannya kepada Amar.
Tubuh Amar bergetar melihat keajaiban dihadapannya.
Belum selesai bibirnya mengucapkan Al Hamdalah,
Prince baik itu menghampiri dan memeluknya seraya berkata:
"Aku tahu, cerita tentang keluargamu yang menantimu di Sudan. Pulanglah temui istri dan anakmu dengan uang ini. Lalu kembali lagi setelah 3 bulan. Saya siapkan tiketnya untuk kamu dan keluargamu kembali ke Riyadh. Jadilah Bilall dimasjidku.. dan hiduplah bersama kami di Palace ini"
Ammar tidak tahan lagi menahan air matanya.
Ia tidak terharu dengan jumlah uang itu, uang itu memang sangat besar artinya di negeri Sudan yang miskin. Ammar menangis karena keyakinannya selama ini benar, Allah sungguh sungguh memperhatikannya selama ini, kesabarannya selama lima tahun ini diakhiri dengan cara yang indah.
Ammar tidak usah lagi membayangkan hantaman sinar matahari disiang hari yang mengigit kulitnya. Ammar tidak usah lagi memikirkan kiriman tiap bulan untuk anaknya yang tidak ia ketahui akan ada atau tidak.
Semua berubah dalam sekejap!
Lima tahun itu adalah masa yang lama bagi Ammar.
Tapi masa yang teramat singkat untuk kekuasaan Allah.
Nothing Imposible for Allah,
Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah..
Bumi inipun Milik Allah,..
Alam semesta, Hari ini dan Hari Akhir serta Akhirat berada dalam Kekuasaan Nya.
Inilah buah dari kesabaran dan keikhlasan.
Ini adalah cerita nyata yang tokohnya belum beranjak dari kota ini, saat ini Ammar hidup cukup dengan sebuah rumah di dalam Palace milik Prince. Ia dianugerahi oleh Allah di Dunia ini hidup yang baik, ia menjabat sebagai Muadzin di Masjid Prince Saudi Arabia di pusat kota Riyadh.
Subhanallah...
Seperti itulah buah dari kesabaran.
‎"Jika sabar itu mudah, tentu semua orang bisa melakukannya.
Jika kamu mulai berkata sabar itu ada batasnya, itu cukup berarti pribadimu belum mampu menetapi kesabaran karena sabar itu tak ada batasnya. Batas kesabaran itu terletak didekat pintu Syurga dalam naungan keridhaan Nya". (NAI)
وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
"Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar". (Al Fushilat 35)
Allahuakbar!
Maha Benar Allah dengan segala Firman Nya