Jumat, 10 Juni 2011

Penghargaan Pemimpin Muda Indonesia membuka pintu untuk tetap berprestasi

© UNICEF/2009/Djuhari
Iman Usman, pemenang PMI 2008, kini mahasiswa UI.
Oleh Devi Asmarani
JAKARTA, Indonesia, 23 Juli, 2009 - Setahun terakhir ini adalah tahun yang sangat sibuk bagi M. Iman Usman sejak ia dinobatkan Pemimpin Muda Indonesia 2008. Selain tetap aktif dalam organisasi-organisasinya di Padang, Sumatra Barat, ia telah mewakili Indonesia dalam berbagai konferensi di luar negeri, menjadi peserta dalam kompetisi internasional serta relawan dalam proyek-proyek sosial. Pada tahun yang sama pula, dia lulus ujian nasional sekolah menengah atas dengan nilai tertinggi di Padang dan diterima di Universitas Indonesia.
“Banyak pintu yang telah terbuka untuk aku sejak memenangkan PMI,” dia mengatakan pada UNICEF dalam sebuah wawancara.  “Dan ini benar-benar menjadi wadah untuk menginspirasi anak-anak lain untuk berbuat sesuatu.”
Dalam wawancara di bawah ini, Iman berbicara tentang semangat dan kecintaannya akan partisipasi dan apa yang menginspirasikan dia.
Q: Apa saja yang sudah terjadi sejak kamu menang PMI tahun lalu?
A: Sejak menang itu aku masih aktif sebagai sekertaris Forum Anak Sumbar, walaupun sekarang sudah selesai masa jabatannya (Iman telah pindah ke Jakarta untuk kuliah). Selain itu aku punya Komunitas Anak Kritis Indonesia, kita melakukan kampanye mengenai Millenium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium). Salah satunya  kegiatan Stand Up Campaign MDGs bulan Oktober lalu. Selanjutnya masih aktif training relawan dan membantu regenerasi organisasi tersebut.
Pada bulan puasa tahun kemarin aku mendapat kesempatan untuk jadi  finalis Mondialogo World School Contest. Ini adalah kompetisi proyek kolaboratif sedunia yang diselenggarakan UNESCO dan Daimler. Dari 36,000 anak dari 3,200 sekolah yang berpartisipasi, aku masuk 25 besar dan jadi Junior Ambassador untuk mempromosikan dialog antar budaya.
Beberapa kali aku sempat mewakili Indonesia dalam berbagai konferensi international. Diantaranya Microsoft Innovative Student Forum di Malaysia bulan May 2009. Di sana juga ada project competition dan aku berhasil dapat funding dari Microsoft Asia Pacific sebanyak USD 1,000 utk kerjain pilot project utk anak-anak. Pilot project ini tentang edukasi anak-anak di daerah kumuh dan akan dilakukan beberapa bulan ke depan.
Bulan Juni, aku ikut World Leadership Conference di Singapura tentang lingkungan dan ekonomi. Dan belakangan ini aku terpilih menjadi UNFPA Youth Advisory Panel. Kami adalah generasi kedua dari panel ini. UNFPA memilih beberapa remaja dari seluruh Indonesia utk jadi panel remaja yang akan dimintai pendapat mengenai berbagai program UNFPA dan mengevaluasi proyek-proyek mereka agar lebih ramah remaja. Selain itu tentunya di sekolah aku sibuk persiapan Ujian Nasional.
Q: Di tengah kesibukan seperti ini kamu masih sempat juga belajar?
A: Ya, aku dapat NEM tertinggi di Padang - mungkin lagi beruntung ya (tertawa).

© UNICEF/2009/Djuhari
Iman jadi juri PMI 2009 bersama Purwanta Iskandar dari UNICEF, Pardina Pudiastuti dari KPP, Maria Hartingsih dari Kompas dan Budi Harjono dari Impact Indonesia.
Q: Kamu akan belajar apa di UI?
A: Aku ambil Hubungan Internasional. Sejak kelas 6 SD aku sudah pengen jadi diplomat dan melihat bahwa bakat dan minat aku di sana. Sejak kecil aku sudah memplot ini, alhamdulilah kesampaian. Tapi belakangan ini memang terpikir ingin merubah cita-cita mungkin jadi pekerja sosial. Cuma untuk sekarang ini fokus ke akademik dulu ya. Entah nanti akan jadi diplomat atau bekerja untuk multi-national companies atau lembaga swadaya masyarakat.

Q:  Sejak memenangkan penghargaan ini apakah usaha kamu mempromosikan hak-hak anak terbantu? PMI sangat membantu. Ternyata penghargaan ini benar-benar membuka pintu. Orang lebih menganggap kita, bukan sebagai ordinary child. Kita lebih didengarkan. Kemudian untuk akses advokasi dan lainnya lebih gampang. Dan ini benar-benar wadah buat memberi inspirasi bagi anak lain di Sumatra Barat utk bisa lebih melakukan sesuatu untuk komunitasnya. Mereka jadi terpicu dan bersemangat. Aku juga mendapat beasiswa dari gubernur Sumatra Barat untuk kuliah karena penghargaan ini.
Q: Pernah tidak kamu merasa kecewa pada pemerintah karena mereka sepertinya tidak memiliki perhatian yang sama tentang hak-hak anak?
Kecewa pasti ada selama hak-hak anak belum terpenuhi. Mungkin ada beberapa kebijakan pemerintah tetang anak, tapi dampaknya belum menyeluruh pada kehidupan semua anak. Mungkin permasalahan ini masih menjadi prioritas yang lebih di banding hak-hak anak bagi pemerintah kita.  Aku tetap mendukung pemerintah karena kita tak bisa jadi apatis karena ini, sebaLiknya kita justru harus lebih aktif bersama masyarakat untuk menjadi lebih baik.
Q: Bagaimana perasaan kamu menjadi salah satu juri PMI tahun ini?
A: Kesulitan terbesarnya adalah saya harus menilai teman-teman saya sendiri. Banyak dari mereka yang sudah saya kenal sebelumnya lewat Forum Anak Nasional atau lewat teman-teman yang lain. Jadi saya berusaha untuk obyektif dengan cara menilai mereka dari sisi  kepemimpinan dan inovasi. Saya menghargai apa yang sudah mereka lakukan, tapi saya lihat sebagian dari mereka mungkin kepemimpinannya belum terlihat. Itu yang menurut saya harus di gali. Juga mereka harus bisa mem-packaging diri mereka lebih baik lagi.