Rabu, 24 Agustus 2011

Bulan Ini Pengemis Tambah Kaya?

Bulan Ini Pengemis Tambah Kaya?

HL | 24 August 2011 | 11:27 307 47 5 dari 9 Kompasianer menilai inspiratif



1314169383416278416
Istirahat sejenak setelah lelah mengemis seharian?

Hampir setiap tahun pemerintah Indonesia diperhadapkan pada situasi pelik masalah pengemis jalanan. Hampir tiap bulan Ramadhan pemerintah dengan sigapnya “mengurusi” para pengemis. Sebagian masyarakat juga dengan sukarelanya memberikan “sumbangan” bagi para pengemis tersebut.  Di beberapa kota, pengemis selalu menjadi momok menakutkan bagi keindahan kota. Dan oleh karenanya pemerintah berusaha “menyingkirkan” mereka dari pusat-pusat kota. Tapi semakin mereka digusur, semakin banyak yang bermunculan. Fenomena ini menjadi fakta menggeletik untuk ditelaah. Pertanyaannya adalah:  kenapa para pengemis ini sangat menyukai pekerjaan mengemis?
13141596281204138459Nah, pemerintah Indonesia mulai tanggal 15 Agustus lalu sampai lebaran tiba katanya akan dengan tegas melakukan penjaringan kepada para pengemis yang membawa anak-anak di jalanan. Kalau saja dalam razia yang dilakukan ditemukan bukti-bukti bahwa anak-anak sewaan dipergunakan untuk mengemis, maka pemerintah akan memprosesnya sebagai tindakan pidana dengan sangsi hukum UU23/2002 tentang perlindungan anak.
Lalu bagaimana dengan para pengemis dewasa yang hanya membawa anaknya sendiri, atau dirinya sendiri? Mereka akan diserahkan ke panti asuhan atau panti sosial untuk mendapat binaan dengan harapan tidak akan lagi menekuni aktifitas sebagai pengemis. Ini sepertinya sudah menjadi tugas tahunan pemerintah. Masalahnya kebanyakan setelah mendapatkan pembinaan, toh akhirnya mereka kembali ke jalanan sebagai pengemis. Di Manado, hari ini ditertibkan, besok mereka kembali sebagai pengemis. Saya lihat itu berulangkali.
Lalu kenapa? Ada apa dengan pekerjaan ini? Apakah pekerjaan ini membuat seseorang menjadi kaya?
Jawabannya sungguh mengejutkan. Bahwa ada pengemis yang bahkan bisa lebih kaya dari PNS atau Manager perusahaan menengah bawah sekalipun. Ini adalah “pekerjaan” yang menggiurkan.
Jangan kita kira bahwa pendapatan para pengemis yang berpakaian lusuh dan kotor, serta berpenampilan menjijikkan itu pastilah hanya cukup untuk makan sehari-hari. Bahkan ada yang mengira bahwa pendapatan itu tidak cukup untuk membuat mereka kenyang. Tapi siapa menyangka bahwa banyak di antara mereka yang penghasilannya mencapai jutaan rupiah dalam sebulan?  Bagaimana mungkin?
Fenomena pengemis yang kaya ini bukan hanya di negara maju seperti di Amerika, Inggris dan negara-negara Arab, tapi juga di Indonesia. Apalagi ketika para pengemis di negeri ini mendapat banyak sedekah di bulan Ramadhan, semakin bertambah-tambahlah “lumbung” mereka. Luar biasa. Apakah kita sudah siap beralih profesi menjadi pengemis? Jangan dulu tergesa-gesa…… Supaya lebih menggiurkan mari kita lihat beberapa survey dan pendapat berikut ini.
13141597211395673538
Ganteng-ganteng ada juga yang punya profesi sebagai pengemis (From American Homeless site
Amerika memang adalah negara super maju, baik teknologinya maupun ekonominya. Tapi akhir-akhir ini perekonomian Amerika semakin berjalan downwards. CNN beberapa hari lalu menyiarkan tentang krisis ekonomi Amerika yang luar biasa, dan itu makin terlihat dengan antrinya ribuan orang yang ingin mencari keberuntungan di salah satu job fair bertajuk For the People Jobs Initiative di Georgia Atlanta. Ada setidaknya 90 perusahaan yang ikut ambil bagian dalam menjaring karyawan itu. Tapi, yang datang melamar ribuan orang. Beberapa jalan sampai ditutup gara-gara antrian yang teramat panjang itu. Pengangguran pun semakin meningkat tak terelakkan.
Seiring dengan ekonomi yang lagi down, selain pengangguran yang meningkat juga menyebabkan peningkatan jumlah pengemis di daerah-daerah perkotaan. Jangan pikir New York itu kota kaya, maka semua penduduknya pasti kaya raya. Di sudut-sudut jalan banyak ditemukan para pengemis duduk minta-minta. Bagi mereka mungkin mengemis adalah cara paling efisien untuk menghasilkan uang. Ada pasangan pengemis bernama Jason Pancoast dan Elizabeth Johnson yang menggambarkan diri mereka sebagai ‘pengemis kaya’. Mereka berasal dari negara bagian (state) Oregon. Menurut mereka karena kegigihannya dalam mengemis, mereka berhasil menghasilkan 30.000-40.000USD atau sekitar Rp.328.000.000 dalam setahun. Sehari mereka bisa mendapatkan sekitar 20-50 USD atau kalau lagi ramai bisa mencapai 300 USD, bahkan pernah mereka mendapatkan 800 USD (hampir 7 juta) dalam satu hari! Jauh lebih tinggi dari penghasilan Manager-manager kelas McDonald, Dunkin Donuts, Burger King atau usaha-usaha sejenis itu.
Di Sydney Australia, pekerjaan mengemis dilakukan orang-oreang yang tidak punya rumah atau tunawisma. Mereka rela duduk berlama-lama menengadahkan tangannya hingga 16 jam sehari. Biasanya para pengemis senang mangkal di jalanan yang ramai seperti di daerah George and Market CBD. Pekerjaan ini terbukti mampu menghasilkan uang yang banyak, bisa mencapai 400 AUS$ dalam sehari atau setara dengan Rp.3.600.000,-
Arab merupakan salah satu negara kaya dan terkenal makmur. Tapi walaupun demikian, di negara ini bukan berarti bebas dari pengemis. Di sana pengemis memanfaatkan moment saat orang-orang berbondong-bondong datang ke mesjid untuk shalat. Menurut catatan jika sedang beruntung dalam sehari mereka mendapatkan uang sebanyak 300 Riyal atau setara Rp.700.000. Dalam sebulan rata-rata mereka bisa mengumpulkan sampai 19.000 Riyal atau setara dengan Rp.220.000.000!
Bagaimana dengan di Indonesia? Jangan kaget. Ternyata pendapatan para pengemis tertentu di negara ini juga cukup mengejutkan. Tak kalah dengan “saingan” mereka para pengemis di negara maju. Ada kesaksian dari seorang pengemis kaya asal Surabaya bahwa ia memiliki 2 sepeda motor, sebuah mobil Honda CRV, dan empat rumah! Semuanya diperoleh dari hasil mengemis. Tapi ia ternyata mempunyai kedudukan sebagai ‘boss pengemis’, artinya ia mempekerjakan beberapa pengemis jalanan lainnya (mungkin termasuk anak-anak?).
Ia tidak bekerja sendirian untuk mengais rejeki, tapi dengan mempekerjakan beberapa pengemis jalanan ternyata hasilnya cukup efektif. Ia memperoleh sekitar Rp.300.000 perhari yang berarti Rp.9.000.000 perbulan. Bahkan ibu saya yang sudah dinas hampir 30 tahun sebagai PNS, tidak memperoleh pendapatan sebanyak itu.
Secara iseng, di Manado waktu lalu saya sempat bertanya kepada seorang pengemis jalanan. Ibu ini ternyata bekerja selalu bersama anak perempuan yang masih kecil. Usia sekolah, sangat disayangkan ternyata apa lacur waktunya hanya dipakai buat mengemis. Nah, usaha mengemis yang menjamur di pusat kota Manado rupa-rupanya  semakin dimodifikasi. Tidak lagi hanya duduk diam meminta-minta sedekah. Tapi kini mereka jualan kacang bungkus kecil seharga Rp.1000,- (ada yang membelinya dengan Rp.2000) Sasaran mereka adalah rumah-rumah makan, kedai-kedai dan di depan supermarket-supermarket.
Saya menjulukinya sebagai ’semi mengemis’ sebab walau dengan alasan menjual kacang, tetap namanya adalah mengemis. Hampir selalu kacang yang dijual tidak diambil oleh si pembeli, mereka hanya memberikan uang! Lalu pendapatan mereka bagaimana? Oooh, sungguh mengasyikkan! Katanya dalam sehari mereka berdua masing-masing mendapatkan minimal Rp.40.000 jadi dikalikan 2 = Rp.80.000. Kalau seminggu (mereka ‘bekerja’ 7 hari) berarti mereka mendapatkan Rp.80.000 x 7 = Rp.560.000,- Nah, kalau sebulan berarti uang yang terkumpul kurang lebih sebanyak Rp.2.240.000,- sebuah angka yang fantastis untuk ukuran pengemis jalanan. Lebih banyak dari rata-rata gaji seorang supervisor di kota Manado.
Memang di mata sebagian masyarakat pengemis dan mengemis adalah sosok dan pekerjaan yang ‘hina’ dan dipandang sebelah mata. Bahkan banyak teman menyebutnya sebagai ’sampah masyarakat’ disejajarkan dengan pelacur dan penjudi. Wah..wah..wah…kalau begitu apa tindakan pemerintah?
Operasi penjaringan dan penertiban pengemis sebetulnya terlihat seperti menempatkan para pengemis sebagai “pelaku kriminal” sedangkan pemerintah sebagai pihak yang dirugikan. Kalau pemerintah menaruh harapan berlebihan bahwa dengan cara itu maka persoalannya akan selesai, ah…. omong kosong dan tidak efektif lah. Sebab yang menjadi pokok persoalan adalah kesenjangan sosial yang makin kentara dan makin lebar. Daripada mereka mati, mungkin mereka berpikir lebih baik “bekerja” dan di mata mereka pekerjaan mengemis tentu saja “halal”. Toh lebih baik mengemis daripada merampok, mencuri atau menjambret?
1314159879875524003
Berilah sedekahmu selagi kamu bisa….(IndonesianOneSide)
Harusnya mereka dibina bukan dicemooh sebagai sampah masyarakat atau benalu masyarakat atau bahkan ditakut-takuti dengan ancaman sweeping. Upaya apapun yang dilakukan kalau tidak menyentuh masalah yang paling hakiki, masalah yang paling krusial dan substansial rasa-rasanya akan sia-sia. Kesejahteraan sosial sebagai wujud pengamalan salah satu sila dari Pancasila harus merupakan titik gerak, atau titik loncat dalam mengatasi masalah ini. Kalau pengemis dijadikan ‘musuh’ dan dianggap ‘lawan’ atau terlebih dikatakan sebagai ’sampah’ yang harus dibersihkan dari kota-kota besar, persoalan ini akan tetap hadir dari tahun ke tahun. Kan, ternyata dengan mengemis orang bisa menjadi kaya? So, why not? Mungkin begitu pikiran sempit mereka? Daripada jadi buronan KPK dan Interpol gara-gara korupsi uang miliaran rupiah, mendingan dikejar-kejar Sat.PolPP toh tertangkap dan diusir hari ini, besok mengemis lagi di sudut kota yang lain. Easy. Nothing to worry about!
Ini bulan penuh berkat. Tentu akan ada banyak berkat juga yang bakalan diperoleh para pengemis. Anggap saja sebagai bonus tahunan mereka. Kalau PNS atau karyawan perusahaan bonafide sering dapat bonus tahunan, maka bonus tahunan para pengemis adalah bulan-bulan seperti ini. Mari kita memberi sedekah!

Note: Jangan pernah membaca tulisan ini sebagai bertujuan mendukung para pengemis dan atau ajakan untuk menjadi pengemis. Ini cuma sekedar referensi supaya tidak melihat para pengemis dengan ‘kaca mata kuda’ saja.
Michael Sendow.
Sumber:

Kisah sebatang Pohon Tua

Kisah sebatang Pohon Tua

Suatu ketika, di sebuah padang, tersebutlah sebatang pohon rindang. Dahannya rimbun dengan dedaunan. Batangnya tinggi menjulang. Akarnya, tampak menonjol keluar, menembus tanah hingga dalam. Pohon itu, tampak gagah di banding dengan pohon-pohon lain di sekitarnya.

Pohon itupun, menjadi tempat hidup bagi beberapa burung disana. Mereka membuat sarang, dan bergantung hidup pada batang-batangnya. Burung-burung itu membuat lubang, dan mengerami telur-telur mereka dalam kebesaran pohon itu. Pohon itupun merasa senang, mendapatkan teman, saat mengisi hari-harinya yang panjang.

Orang-orang pun bersyukur atas keberadaan pohon tersebut. Mereka kerap singgah, dan berteduh pada kerindangan pohon itu. Orang-orang itu sering duduk, dan membuka bekal makan, di bawah naungan dahan-dahan. "Pohon yang sangat berguna," begitu ujar mereka setiap selesai berteduh. Lagi-lagi, sang pohon pun bangga mendengar perkataan tadi.

Namun, waktu terus berjalan. Sang pohon pun mulai sakit-sakitan. Daun-daunnya rontok, ranting-rantingnya pun mulai
berjatuhan. Tubuhnya, kini mulai kurus dan pucat. Tak ada lagi kegagahan yang dulu di milikinya.
Burung-burung pun mulai enggan bersarang disana. Orang yang lewat, tak lagi mau mampir dan singgah untuk berteduh.

Sang pohon pun bersedih. "Ya Tuhan, mengapa begitu berat ujian yang Kau berikan padaku? Aku butuh teman. Tak ada lagi yang mau mendekatiku. Mengapa Kau ambil semua kemuliaan yang pernah aku miliki?" begitu ratap sang pohon,
hingga terdengar ke seluruh hutan. "Mengapa tak Kau tumbangkan saja tubuhku, agar aku tak perlu merasakan siksaan ini?" Sang pohon terus menangis, membasahi tubuhnya yang kering.

Musim telah berganti, namun keadaan belumlah mau berubah. Sang pohon tetap kesepian dalam kesendiriannya. Batangnya tampak semakin kering. Ratap dan tangis terus terdengar setiap malam, mengisi malam-malam hening yang panjang.
Hingga pada saat pagi menjelang. "Cittt...cericirit...cittt" Ah suara apa itu? Ternyata, ada seekor anak burung yang baru menetas. Sang pohon terhenyak dalam lamunannya. "Cittt...cericirit...cittt," suara itu makin keras melengking. Ada lagi anak
burung yang baru lahir. Lama kemudian, riuhlah pohon itu atas kelahiran burung-burung baru. Satu... dua... tiga... dan empat
anak burung lahir ke dunia. "Ah, doaku di jawab-Nya," begitu seru sang pohon.

Keesokan harinya, beterbanganlah banyak burung ke arah pohon itu. Mereka,akan membuat sarang-sarang baru. Ternyata, batang kayu yang kering, mengundang burung dengan jenis tertentu tertarik untuk mau bersa rang disana.
Burung-burung itu merasa lebih hangat berada di dalam batang yang kering, ketimbang sebelumnya. Jumlahnya pun lebih banyak dan lebih beragam. "Ah, kini hariku makin cerah bersama burung-burung ini", gumam sang pohon dengan berbinar.

Sang pohon pun kembali bergembira. Dan ketika dilihatnya ke bawah, hatinya kembali membuncah. Ada sebatang tunas baru yang muncul di dekat akarnya. Sang Tunas tampak tersenyum. Ah, rupanya, airmata sang pohon tua itu, membuahkan bibit baru yang akan melanjutkan pengabdiannya pada alam.

***

Teman, begitulah. Adakah hikmah yang dapat kita petik disana? Allah memangselalu punya rencana-rencana rahasia buat kita. Allah, dengan kuasa yang Maha Tinggi dan Maha Mulia, akan selalu memberikan jawaban-jawaban buat kita.
Walaupun kadang penyelesaiannya tak selalu mudah ditebak, namun, yakinlah, Allah Maha Tahu yang terbaik buat kita.

Saat dititipkan-Nya cobaan buat kita, maka di saat lain, diberikan-Nya kita karunia yang berlimpah. Ujian yang sandingkan-Nya, bukanlah harga mati. Bukanlah suatu hal yang tak dapat disiasati. Saat Allah memberikan cobaan
pada sang Pohon, maka, sesungguhnya Allah, sedang MENUNDA memberikan kemuliaan-Nya. Allah tidak memilih untuk
menumbangkannya, sebab, Dia menyimpan sejumlah rahasia. Allah, sedang menguji kesabaran yang dimiliki.

Teman, yakinlah, apapun cobaan yang kita hadapi, adalah bagian dari rangkaian kemuliaan yang sedang dipersiapkan-Nya buat kita. Jangan putus asa, jangan lemah hati. Allah, selalu bersama orang-orang yang sabar.

5 menit saja

Files under Kata-kata Bijak | Posted by admin
5 menit saja
Seorang ibu duduk di samping seorang pria di bangku dekat Taman-Main di West Coast Park pada suatu minggu pagi yang indah cerah. “Tuh.., itu putraku yang di situ,” katanya, sambil menunjuk ke arah seorang anak kecil dalam T-shirt merah yang sedang meluncur turun dipelorotan. Mata ibu itu berbinar, bangga.
“Wah, bagus sekali bocah itu,” kata bapak di sebelahnya. “Lihat anak yang sedang main ayunan di bandulan pakai T-shirt biru itu? Dia anakku,” sambungnya, memperkenalkan. Lalu, sambil melihat arloji, ia memanggil putranya. “Ayo Jack, gimana kalau kita sekarang pulang?” Jack, bocah kecil itu, setengah memelas, berkata, “Kalau lima menit lagi,boleh ya, Yahhh? Sebentar lagi Ayah, boleh kan? Cuma tambah lima menit kok,yaaa…?”
Pria itu mengangguk dan Jack meneruskan main ayunan untuk memuaskan hatinya. Menit menit berlalu, sang ayah berdiri, memanggil anaknya lagi. “Ayo, ayo, sudah waktunya berangkat?” Lagi-lagi Jack memohon, “Ayah, lima menit lagilah. Cuma lima menit tok, ya? Boleh ya, Yah?” pintanya sambil menggaruk-garuk kepalanya. Pria itu bersenyum dan berkata, “OK-lah, iyalah…”
“Wah, bapak pasti seorang ayah yang sabar,” ibu yang di sampingnya, dan melihat adegan itu, tersenyum senang dengan sikap lelaki itu. Pria itu membalas senyum, lalu berkata, “Putraku yang lebih tua, John, tahun lalu terbunuh selagi bersepeda di dekat sini, oleh sopir yang mabuk. Tahu tidak, aku tak pernah memberikan cukup waktu untuk bersama John. Sekarang apa pun ingin kuberikan demi Jack, asal saja saya bisa bersamanya biar pun hanya untuk lima menit lagi. Saya bernazar tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi terhadap Jack. Ia pikir, ia dapat lima menit ekstra tambahan untuk berayun, untuk terus bermain. Padahal, sebenarnya, sayalah yang memperoleh tambahan lima menit memandangi dia bermain, menikmati kebersamaan bersama dia, menikmati tawa renyah-bahagianya….”
Hidup ini bukanlah suatu lomba. Hidup ialah masalah membuat prioritas. Berikanlah pada seseorang yang kaukasihi, lima menit saja dari waktumu, dan engkau pastilah tidak akan menyesal selamanya. Prioritas apa yang Anda miliki saat ini?
SUMBER:

Paradigma

Paradigma

Files under Cerita Motivasi | Posted by admin
paradigmaSore itu disebuah subway di kota New York, suasana cukup sepi. Kereta api bawah tanah itu cukup padat oleh orang-orang yang baru pulang kerja.
Tiba-tiba, suara hening terganggu oleh ulah dua orang bocah kecil berumur sekitar 3 dan 5 tahun yang berlarian kesana kemari. Mereka berdua mulai mengganggu penumpang lain. Yang kecil mulai menarik- narik korang yang sedang dibaca oleh seorang penumpang, kadang merebut pena ataupun buku penumpang yang lain. Si kakak sengaja berlari dan menabrak kaki beberapa penumpang yang berdiri menggantung karena penuhnya gerbong itu.
Beberapa penumpang mulai terganggu oleh ulah kedua bocah nakal itu, dan beberapa orang mulai menegur bapak dari kedua anak tersebut. “Pak, tolong dong anaknya dijaga!” pinta salah seorang penumpang. Bapak kedua anak itu memanggil dan menenangkannya. Suasana kembali hening, dan kedua anak itu duduk diam. Tak lama kemudian, keduanya mulai bertingkah seperti semula, bahkan semakin nakal. Apabila sekali diusilin masih diam saja, kedua anak itu makin berani. Bahkan ada yang korannya sedang dibaca, langsung saja ditarik dan dibawa lari. Bila si-empunya koran tidak bereaksi, koran itu mulai dirobek-robek dan diinjak-injak.
Beberapa penumpang mulai menegur sang ayah lagi dengan nada mulai kesal. Mereka benar-benar merasa terganggu, apalagi suasana pulang kerja, mereka masih sangat lelah. Sang ayah memanggil kembali kedua anaknya, dan keduannya mulai diam lagi. Tapi hal itu tidak berlangsung lama. Si anak mulai membuat ulah yang semakin membuat para penumpang di gerbong bawah tanah itu mulai marah.
Beberapa penumpang mulai memarahi sang ayah dan membentak. “Pak bisa mendidik anak tidak sich!” kata seorang penumpang dengan geram.
“Dari tadi anaknya mengganggu semua orang disini, tapi bapak koq diam saja”. Sang ayah bangkit dari duduknya, menghampiri kedua anaknya yang masih mungil, menenangkannya, dan dengan sangat sopan berdiri dan berkata kepada para penumpang yang ada di gerbong itu. “Bapak-bapak dan ibu-ibu semua, mohon maaf atas kelakuan kedua anak saya ini. Tidak biasanya mereka berdua bertingkah nakal seperti saat ini. Tadi pagi, kedua anak saya ini baru saja ditinggal oleh ibu mereka yang sangat mereka cintai. Ibu kedua anak saya ini meninggal karena penyakit LEUKEMIA yang dideritanya”. Bapak itu diam sejenak, dan sambil mengelus kepala kedua anaknya meneruskan ceritanya. “Mungkin karena kejadian yang menimpa ibu mereka berdua itu begitu mendadak, membuat kedua anak saya ini belum bisa menerima kenyataan dan agak sedikit shock karenanya. Sekali lagi saya mohon maaf”. Seluruh orang didalam gerbong kereta api bawah tanah itu seketika terdiam. Mereka dengan tiba-tiba berubah total, dari memandang dengan perasaan kesal karena kenakalannya, berubah menjadi perasaan iba dan sayang. Kedua anak itu masih tetap nakal, mengganggu seluruh penumpang yang ditemuinya. Tetapi, orang yang diganggu malah kelihatan tambah menampakkan kasih sayangnya. Ada yang memberinya coklat, bahkan ada yang menemaninya bermain.
PERHATIKAN KONDISI SUBWAY ITU. PENUMPANGNYA MASIH SAMA. KEDUA ANAK ITU MASIH NAKAL-NAKAL. Tetapi terjadi perubahan yang sangat mencolok. SUASANA DIDALAM SUBWAY ITU BERUBAH 180 DERAJAT. KENAPA?…. KARENA SEBUAH INFORMASI. INILAH YANG DISEBUT PERUBAHAN PARADIGMA. Ternyata, batas antara SETUJU dan MENOLAK itu sangat tipis sekali. Dan itu tidak akan pernah dapat ditembus, kecuali oleh sebuah INFORMASI yang benar.
Sumber: