Rabu, 22 Juni 2011

Kejadian Kecil

Jumat, 17 Juni 2011 13:39:00 WIB
kick andyDari kaca spion saya melihat mata supir taksi itu berkaca-kaca. Merasa tidak percaya pada apa yang saya lihat, berulang-ulang saya mencuri pandang untuk meyakinkan apakah saya tidak salah lihat?
Ternyata benar. Bahkan matanya mulai memerah. Air mata bergenang di pelupuk matanya. Sungguh pemandangan yang sama sekali tidak terduga. Apa yang terjadi? Hari itu saya baru pulang dari Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.  Begitu mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, saya langsung pesan taksi menuju rumah. Dalam perjalanan tidak ada yang istimewa. Pikiran saya hanya ingin agar segera sampai di rumah, mandi, lalu berbaring di tempat tidur sambil membaca buku atau menonton televisi. Karena itu saya tidak terlalu memperhatikan supir taksi yang duduk di depan saya.
Sepanjang jalan, mata saya juga lebih sering menatap keluar jendela, memperhatikan hiruk pikuk lalulintas. Pada kesempatan seperti ini, saat tidak menyetir sendiri, selalu saya manfaatkan untuk mengamati sekeliling dengan lebih detail. Banyak hal yang terlewatkan jika saya sedang konsentrasi menyupir.
Tiba di sebuah perempatan lampu merah, taksi mulai merayap terjebak macet. Mata saya mendadak tertumbuk pada seorang pedagang asongan yang menjual mainan anak-anak. Bukan mainannya yang menjadi perhatian saya, tetapi fisik laki-laki setengah baya itu.
Dia tidak memiliki lengan dan jari tangan. Kedua tangannya hanya sebatas siku. Jalannya terseok-seok. Tadinya saya bercuriga itu hanya akting semata untuk membangkitkan rasa iba orang-orang yang melihatnya. Tetapi ketika saya perhatikan lebih seksama, dari balik celana pendeknya tersembul kaki dari kayu. Rupanya laki-laki berkulit legam itu menggunakan kaki palsu.
Ketika taksi yang saya tumpangi tepat berada di hadapan laki-laki itu, saya meminta supir taksi berhenti. Tanpa menawar saya membeli empat mainan yang dijajakan laki-laki itu. Semua berjalan sangat cepat. Setelah itu taksi meluncur kembali menembus kemacetan.
Kepada supir taksi saya menanyakan apakah dia punya anak laki-laki.  Saya lalu memberikan satu mainan yang baru saya beli kepadanya ketika dia mengatakan punya satu anak laki-laki.
“Mengapa Pak Andy membeli mainan sebanyak ini dan tidak ditawar?” tanya sang supir taksi. “Tadi itu harganya terlalu mahal.”   Saya terkejut ketika dia menyebut nama saya. Dengan topi yang saya kenakan, saya pikir dia tidak mengenali saya. Kepadanya saya jelaskan tujuan membeli bukan karena membutuhkan mainan itu, tapi tujuan saya lebih untuk menolong pedagang asongan tadi. Saya melihat walau secara fisik dia cacat, penjual mainan itu tidak mengemis tetapi mau bekerja. Saya bilang tidak perduli kalau ada yang mengatakan apa yang dilakukan pria itu hanya modus mengemis gaya baru. Bagi saya, karena ada barang yang ditawarkan,  maka ada usaha yang dilakukan laki-laki itu. Dia bukan cuma menadahkan tangan.
Prinsip itu saya jelaskan kepada sang supir karena saya tahu tadi dia memperhatikan ketika saya tidak bereaksi melihat sejumlah pengemis yang mangkal di lampu merah. Dia lalu menanyakan saya baru pulang dari mana.
Dengan bersemangat saya bercerita baru saja bertemu seorang anak hebat di Lombok. Namanya Lalu Abdul Hafiz, murid kelas satu SMA Negeri Praya. Walau lahir dari keluarga miskin, Hafiz memenangkan olimpiade fisika di kotanya dan juga meraih medali perunggu untuk olimpiade astronomi internasional di Kyrgiztan. Sebelumnya dia sudah menorehkan prestasi dengan menyabet penghargaan utama lomba fisika di kotanya.
Prestasi yang diraihnya, yang membawa harum nama bangsa itu, ternyata belum mampu mengubah nasib keluarganya. Hafiz dan kedua orangtuanya tetap hidup sederhana seperti sediakala. Rumahnya tetap sebuah gubuk berdinding bambu dan atap alang-alang. Sekarang direnovasi dengan uang Hafiz, jadi berdinding bata dan genting. Tapi dindingnya belum diplester, jendelanya belum berkaca, dan lantainya belum berubin. Kalaupun ada bedanya, sekarang Hafiz tidak perlu membayar uang sekolah karena mendapat beasiswa dari Pemda setempat.
Sebelum berangkat ke Lombok, saya mendapat kabar Hafiz sudah tidak tertarik lagi ke perpustakaan sekolah karena semua buku yang dia butuhkan sudah habis dia baca. Untuk memenuhi rasa ingin tahunya tentang ilmu perbintangan, remaja bertubuh kecil kurus ini lebih banyak mengakses internet di warnet. Kadang pinjam laptop temannya. Guru fisika juga mengaku kewalahan karena Hafiz tidak pernah puas mencari tahu semua hal tentang astronomi.
Semangat belajar Hafiz yang luar biasa itulah yang mendorong saya dan tim Kick Andy untuk berkunjung ke sekolah Hafiz. Kami berniat memberi sebuah laptop agar anak cerdas ini dapat mengoptimalkan minatnya menekuni ilmu perbintangan.
Saya terus bercerita dengan penuh semangat. Saya tidak memperhatikan reaksi sang supir taksi. Sampai kemudian mata saya secara tidak sengaja tertumbuk pada kaca spion. Di situ saya melihat mata supir taksi itu  memerah dan berkaca-kaca.
Saya tanya mengapa matanya berkaca-kaca, sang supir lalu menjelaskan bahwa cerita tentang Hafiz dan bantuan laptop itu menyentuh hatinya. Ternyata dia mengaku sudah lama selalu mengikuti program Kick Andy di Metro TV. “Karena program ini berempati pada nasib rakyat kecil,” ujarnya. “Di jaman seperti sekarang ini kok masih ada orang-orang yang mau menolong rakyat kecil seperti kami ini,” dia menambahkan.
Sungguh mati saya tidak pernah menyangka sore itu akan bertemu  seseorang yang mengaku tersentuh hatinya oleh apa yang dilakukan Kick Andy. Apalagi pengakuan itu datang dari seorang supir taksi. Sang supir lalu dengan lancar menceritakan kisah-kisah yang pernah diangkat di Kick Andy, yang berkaitan dengan “rakyat kecil”.
Sampai sekarang pertemuan dengan supir taksi itu sangat membekas dalam ingatan saya. Sama membekasnya dengan peristiwa seorang supir mobil sewaan memeluk saya di Bali beberapa tahun lalu. Supir itu mengaku gara-gara menonton Kick Andy nasibnya berubah.
Laki-laki asal Bali itu mengaku mobil yang disupirinya itu miliknya sendiri. Sebelumnya dia hanya bell boy di sebuah hotel. Pada waktu menonton salah satu episode di Kick Andy, dua tahun lalu, dia memutuskan berhenti sebagai bell boy. Dia lalu mencari pinjaman kesana kemari untuk membeli sebuah mobil kijang bekas. Mobil itu lalu dia sewakan dan dia supiri sendiri.
Setahun kemudian, berpatungan dengan temannya, mereka membeli satu lagi mobil bekas. Bisnisnya terus berkembang. Sampai pada saat bertemu saya di Bandara Ngurah Rai, dia sudah punya empat mobil. “Gara-gara nonton Kick Andy hidup saya berubah,” ujarnya. Sebagai ungkapan terima kasih, dia memeluk saya erat-erat.
Kejadian-kejadian kecil semacam itu membuat saya sering termenung. Begitu berartikah apa yang dilakukan Kick Andy bagi mereka? Saya tidak bisa menjawab. Tetapi, yang pasti, kejadian-kejadian kecil itu menambah semangat saya untuk terus berbuat. Baik melalui program Kick Andy maupun Kick Andy Foundation.
Sumber: 

Selasa, 21 Juni 2011

Foto Mesra Presiden Indonesia

Presiden Mesra..Indonesia Mesra :











Jumat, 10 Juni 2011

Penghargaan Pemimpin Muda Indonesia membuka pintu untuk tetap berprestasi

© UNICEF/2009/Djuhari
Iman Usman, pemenang PMI 2008, kini mahasiswa UI.
Oleh Devi Asmarani
JAKARTA, Indonesia, 23 Juli, 2009 - Setahun terakhir ini adalah tahun yang sangat sibuk bagi M. Iman Usman sejak ia dinobatkan Pemimpin Muda Indonesia 2008. Selain tetap aktif dalam organisasi-organisasinya di Padang, Sumatra Barat, ia telah mewakili Indonesia dalam berbagai konferensi di luar negeri, menjadi peserta dalam kompetisi internasional serta relawan dalam proyek-proyek sosial. Pada tahun yang sama pula, dia lulus ujian nasional sekolah menengah atas dengan nilai tertinggi di Padang dan diterima di Universitas Indonesia.
“Banyak pintu yang telah terbuka untuk aku sejak memenangkan PMI,” dia mengatakan pada UNICEF dalam sebuah wawancara.  “Dan ini benar-benar menjadi wadah untuk menginspirasi anak-anak lain untuk berbuat sesuatu.”
Dalam wawancara di bawah ini, Iman berbicara tentang semangat dan kecintaannya akan partisipasi dan apa yang menginspirasikan dia.
Q: Apa saja yang sudah terjadi sejak kamu menang PMI tahun lalu?
A: Sejak menang itu aku masih aktif sebagai sekertaris Forum Anak Sumbar, walaupun sekarang sudah selesai masa jabatannya (Iman telah pindah ke Jakarta untuk kuliah). Selain itu aku punya Komunitas Anak Kritis Indonesia, kita melakukan kampanye mengenai Millenium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium). Salah satunya  kegiatan Stand Up Campaign MDGs bulan Oktober lalu. Selanjutnya masih aktif training relawan dan membantu regenerasi organisasi tersebut.
Pada bulan puasa tahun kemarin aku mendapat kesempatan untuk jadi  finalis Mondialogo World School Contest. Ini adalah kompetisi proyek kolaboratif sedunia yang diselenggarakan UNESCO dan Daimler. Dari 36,000 anak dari 3,200 sekolah yang berpartisipasi, aku masuk 25 besar dan jadi Junior Ambassador untuk mempromosikan dialog antar budaya.
Beberapa kali aku sempat mewakili Indonesia dalam berbagai konferensi international. Diantaranya Microsoft Innovative Student Forum di Malaysia bulan May 2009. Di sana juga ada project competition dan aku berhasil dapat funding dari Microsoft Asia Pacific sebanyak USD 1,000 utk kerjain pilot project utk anak-anak. Pilot project ini tentang edukasi anak-anak di daerah kumuh dan akan dilakukan beberapa bulan ke depan.
Bulan Juni, aku ikut World Leadership Conference di Singapura tentang lingkungan dan ekonomi. Dan belakangan ini aku terpilih menjadi UNFPA Youth Advisory Panel. Kami adalah generasi kedua dari panel ini. UNFPA memilih beberapa remaja dari seluruh Indonesia utk jadi panel remaja yang akan dimintai pendapat mengenai berbagai program UNFPA dan mengevaluasi proyek-proyek mereka agar lebih ramah remaja. Selain itu tentunya di sekolah aku sibuk persiapan Ujian Nasional.
Q: Di tengah kesibukan seperti ini kamu masih sempat juga belajar?
A: Ya, aku dapat NEM tertinggi di Padang - mungkin lagi beruntung ya (tertawa).

© UNICEF/2009/Djuhari
Iman jadi juri PMI 2009 bersama Purwanta Iskandar dari UNICEF, Pardina Pudiastuti dari KPP, Maria Hartingsih dari Kompas dan Budi Harjono dari Impact Indonesia.
Q: Kamu akan belajar apa di UI?
A: Aku ambil Hubungan Internasional. Sejak kelas 6 SD aku sudah pengen jadi diplomat dan melihat bahwa bakat dan minat aku di sana. Sejak kecil aku sudah memplot ini, alhamdulilah kesampaian. Tapi belakangan ini memang terpikir ingin merubah cita-cita mungkin jadi pekerja sosial. Cuma untuk sekarang ini fokus ke akademik dulu ya. Entah nanti akan jadi diplomat atau bekerja untuk multi-national companies atau lembaga swadaya masyarakat.

Q:  Sejak memenangkan penghargaan ini apakah usaha kamu mempromosikan hak-hak anak terbantu? PMI sangat membantu. Ternyata penghargaan ini benar-benar membuka pintu. Orang lebih menganggap kita, bukan sebagai ordinary child. Kita lebih didengarkan. Kemudian untuk akses advokasi dan lainnya lebih gampang. Dan ini benar-benar wadah buat memberi inspirasi bagi anak lain di Sumatra Barat utk bisa lebih melakukan sesuatu untuk komunitasnya. Mereka jadi terpicu dan bersemangat. Aku juga mendapat beasiswa dari gubernur Sumatra Barat untuk kuliah karena penghargaan ini.
Q: Pernah tidak kamu merasa kecewa pada pemerintah karena mereka sepertinya tidak memiliki perhatian yang sama tentang hak-hak anak?
Kecewa pasti ada selama hak-hak anak belum terpenuhi. Mungkin ada beberapa kebijakan pemerintah tetang anak, tapi dampaknya belum menyeluruh pada kehidupan semua anak. Mungkin permasalahan ini masih menjadi prioritas yang lebih di banding hak-hak anak bagi pemerintah kita.  Aku tetap mendukung pemerintah karena kita tak bisa jadi apatis karena ini, sebaLiknya kita justru harus lebih aktif bersama masyarakat untuk menjadi lebih baik.
Q: Bagaimana perasaan kamu menjadi salah satu juri PMI tahun ini?
A: Kesulitan terbesarnya adalah saya harus menilai teman-teman saya sendiri. Banyak dari mereka yang sudah saya kenal sebelumnya lewat Forum Anak Nasional atau lewat teman-teman yang lain. Jadi saya berusaha untuk obyektif dengan cara menilai mereka dari sisi  kepemimpinan dan inovasi. Saya menghargai apa yang sudah mereka lakukan, tapi saya lihat sebagian dari mereka mungkin kepemimpinannya belum terlihat. Itu yang menurut saya harus di gali. Juga mereka harus bisa mem-packaging diri mereka lebih baik lagi. 

Rabu, 08 Juni 2011

Mata Uang Paling Indah di Dunia

Inilah beberapa mata uang terindah didunia menurut David Standish.

The French Pacific Territories Franc
(Mata Uang Wilayah Pacific Perancis)
The French Pacific Territories Franc

The Maldives Rufiyaa
(Mata Uang Republik Maladewa)
The Maldives Rufiyaa

Sao Tome & Principe Dobras
(Mata Uang Sebuah Negara Kecil Di Teluk Guiana-Afrika)
Sao Tome & Principe Dobras

Switzerland Francs
(Mata Uang Swiss)
Switzerland Francs

Comoro Franc
(Mata Uang Comoro-Negara Kepulauan Kecil Di Afrika)
Comoro Franc

New Zealand Dollar
(Mata Uang Negara Selandia Baru)
New Zealand Dollar

Cook Islands Dollar
(Mata Uang Negara Kepulauan Cook)
Cook Islands Dollar

Hongkong Dollar
(Mata Uang Hongkon)
Hongkong Dollar

Iceland Kronurs
(Mata Uang Islandia)
Iceland Kronurs

Faroe Island Kronurs
(Mata Uang Kepulauan Faroe-Atlantik Utara)
Faroe Island (Kronurs)

sumber: http://unikboss.blogspot.com

Landscape Buah Yang Cantik

Terinspirasi dari The Wizard of Oz and Charlie dan the Chocolate Factory, Carl Warner, seniman asal London mulai lagi menciptakan landscape unik dari bahan makanan. Entah menggunakan sayur-sayuran, produk-produk roti atau daging, atau yang lainnya, tetap saja karyanya terlihat sangat mengagumkan.
Sementara dia sibuk menyusun foodscape-nya, Carl seringkali juga meminta bantuan penghias makanan dan pembuat model untuk membantunya. Prosesnya biasanya dimulai dengan membuat sketsanya, lalu disusunlah segala tetek bengek bahan-bahan tadi, dan terakhir, dia abadikan dalam foto dan sedikit retouch di Mac. Prosesnya makan waktu berhari-hari. Terutama pada saat akan memulai dimana dia biasa nongkrong berjam-jam di supermarket untuk memilih bahan-bahan yang cocok untuk foodscape-nya.