KRE@TIF - INSPIR@TIF !!!

Muliadi M. Saleh

Jumat, 08 Agustus 2014

SMK mengalahkan Doktor

Selasa, 05 Agustus 2014 , 14:43:00

DI RUMAH: Arfi’an Fuadi (kiri) dan M. Arie Kurniawan di markas D-Tech Engineering, Salatiga. Kakak beradik ini menggarap proyek dari berbagai negara. Foto: M. Salsabyl Adn
DI RUMAH: Arfi’an Fuadi (kiri) dan M. Arie Kurniawan di markas D-Tech Engineering, Salatiga. Kakak beradik ini menggarap proyek dari berbagai negara. Foto: M. Salsabyl Adn

SUASANA ruang tamu di rumah Arfi’an Fuadi, 28, di Jalan Canden, Salatiga, Jawa Tengah, masih dipenuhi nuansa Idul Fitri. Jajanan Lebaran seperti kacang, nastar, dan kue kering memenuhi meja untuk menjamu tamu yang berkunjung.
---------
M. Salsabyl Ad’n, Salatiga
---------
Di sebelah ruang tamu terdapat ruangan yang lebih kecil. Di dalamnya ada tiga unit komputer. Rupanya, di ruangan kecil itulah Arfi –panggilan Arfi’an Fuadi– bersama sang adik M. Arie Kurniawan dan dua karyawannya mengeksekusi order design engineering dari berbagai negara.
Kiprah dua bersaudara itu di dunia rancang teknik internasional tak perlu diragukan lagi. Tahun lalu Arie memenangi kompetisi tiga dimensi (3D) design engineering untuk jet engine bracket (penggantung mesin jet pesawat) yang diselenggarakan General Electric (GE) Amerika Serikat. Arie mengalahkan sekitar 700 peserta dari 56 negara.
”Lomba ini membuat alat penggantung mesin jet seringan mungkin dengan tetap mempertahankan kekuatan angkut mesin jet seberat 9.500 pon. Saya berhasil mengurangi berat dari 2 kilogram lebih menjadi 327 gram saja. Berkurang 84 persen bobotnya,” ungkap Arie ketika ditemui di rumah kakaknya, Senin (4/8).
Yang membanggakan, Arie mengalahkan para pakar design engineering yang tingkat pendidikannya jauh di atas dirinya.
Misalnya, juara kedua diraih seorang PhD dari Swedia yang bekerja di Swedish Air Force. Sedangkan yang nomor tiga lulusan Oxford University yang kini bekerja di Airbus. ”Padahal, saya hanya lulusan SMK Teknik Mekanik Otomotif,” jelas Arie.
Sekilas memang tak masuk akal. Bagaimana bisa seorang lulusan SMK yang belum pernah mendapatkan materi pendidikan CAD (computer aided design) mampu mengalahkan doktor dan mahasiswa S-3 yang bekerja di perusahaan pembuat pesawat? CAD adalah program komputer untuk menggambar suatu produk atau bagian dari suatu produk.
Rupanya, ilmu utak-atik desain teknik itu diperoleh dan didalami Arie dan kakaknya, Arfi, secara otodidak. Hampir setiap hari keduanya melakukan berbagai percobaan menggunakan program di komputernya. Mereka juga belajar dari referensi-referensi yang berserak di berbagai situs tentang design engineering.
”Terus terang dulu komputer saja kami tidak punya. Kami harus belajar komputer di rumah saudara. Lama-lama kami jadi menguasai. Bahkan, para tetangga yang mau beli komputer, sampai kami yang disuruh ke toko untuk memilihkan,” kenang Arfi.
Sebelum menjadi profesional di bidang desain teknik, dua putra keluarga A. Sya’roni itu ternyata harus banting tulang bekerja serabutan membantu ekonomi keluarga. Arfi yang lulusan SMK Negeri 7 Semarang pada 2005 pernah bekerja sebagai tukang cetak foto, di bengkel sepeda motor, sampai jualan susu keliling kampung.
Sang adik juga tak jauh berbeda, jadi tukang menurunkan pasir dari truk sampai tukang cuci motor. ”Kami menyadari, penghasilan orang tua kami pas-pasan. Mau tidak mau kami harus bekerja apa saja asal halal,” tutur Arfi.
Baru pada 2009 Arfi bisa menyalurkan bakat dan minatnya di bidang program komputer. Pada 9 Desember tahun itu dia memberanikan diri mendirikan perusahaan di bidang design engineering. Namanya D-Tech Engineering Salatiga. Saksi bisu pendirian perusahaan tersebut adalah komputer AMD 3000+. Komputer itu dibeli dari uang urunan keluarga dan gaji Arfi saat masih bekerja di PT Pos Indonesia.
”Gaji saya waktu itu sekitar Rp 700 ribu sebagai penjaga malam kantor pos. Lalu ada sisa uang beasiswa adik dan dibantu bapak, jadilah saya bisa membeli komputer ini,” kenangnya.
Setelah berdiskusi dengan sang adik, Arfi pun menetapkan bidang 3D design engineering sebagai fokus garapan mereka. Sebab, dia yakin bidang itu booming dalam beberapa tahun ke depan. ”Kami pun langsung belajar secara otodidak aplikasi CAD, perhitungan material dengan FEA (finite element analysis), dan lain-lain,” jelasnya.
Tak lama kemudian, D-Tech menerima order pertama. Setelah mencari di situs freelance, mereka mendapat pesanan desain jarum untuk alat ukur dari pengusaha Jerman. Si pengusaha bersedia membayar USD 10 per set. Sedangkan Arfi hanya mampu mengerjakan desain tiga set jarum selama dua minggu.
”Kalau sekarang mungkin bisa sepuluh menit jadi. Dulu memang lama karena kalau mau download atau kirim e-mail harus ke warnet dulu. Modem kami dulu hanya punya kecepatan 2 kbps. Hanya bisa untuk lihat e-mail.”
Di luar dugaan, garapan D-Tech menuai apresiasi dari si pemesan. Sampai-sampai si pemesan bersedia menambah USD 5 dari kesepakatan harga awal. ”Kami sangat senang mendapat apresiasi seperti itu. Dan itulah yang memotivasi kami untuk terus maju dan berkembang,” tegas Arfi.
Sejak itu order terus mengalir tak pernah sepi. Model desain yang dipesan pun makin beragam. Mulai kandang sapi yang dirakit tanpa paku yang dipesan orang Selandia Baru sampai desain pesawat penyebar pupuk yang dipesan perusahaan Amerika Serikat.
”Pernah ada yang minta desain mobil lama GT40 dengan handling yang sama. Untuk proyek itu, si pemilik sampai harus membongkar komponen mobilnya dan difoto satu-satu untuk kami teliti. Jadi, kami yang menentukan mesin yang harus dibeli, sasisnya model bagaimana dan seterusnya. Hasilnya, kata si pemesan, 95 persen mirip,” jelasnya.
Selama lima tahun ini, D-Tech telah mengerjakan sedikitnya 150 proyek desain. Tentu saja hasil finansial yang diperoleh pun signifikan. Mereka bisa membangun rumah orang tuanya serta membeli mobil. Tapi, di sisi lain, capaian yang cukup mencolok itu sempat mengundang cibiran dan tanda tanya para tetangga.
”Kami dicurigai memelihara tuyul. Soalnya, pekerjaannya tidak jelas, hanya di rumah, tapi kok bisa menghasilkan uang banyak. Mereka tidak tahu pekerjaan dan prestasi yang kami peroleh,” cerita Arfi seraya tertawa.
Sayangnya, dari 150 proyek itu, hanya satu yang dipesan klien dalam negeri. ”Satu-satunya klien Indonesia adalah dari sebuah perusahaan cat. Mereka beberapa kali memesan desain mesin pencampur cat,” lanjutnya.
Meski punya segudang pengalaman dan diakui berbagai perusahaan internasional, Arfi dan Arie masih belum bisa berkiprah di desain teknik Indonesia. Penyebabnya, mereka hanya berijazah SMK.
”Kalau ditanya apakah tidak ingin membantu perusahaan nasional, kami tentu mau. Tapi, apakah mereka mau? Di Indonesia kan yang ditanya pertama kali lulusan apa dan dari universitas mana,” ujarnya.
Stigma ”hanya berijazah SMK” ditambah sistem pendidikan Indonesia yang dinilai kurang adil itulah yang ikut mengandaskan keinginan Arie melanjutkan pendidikan ke jenjang S-1 di Teknik Elektro Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Arie tidak bisa masuk jurusan itu karena hanya lulusan SMK mekanik otomotif.
”Saya ingin kuliah di jurusan itu karena ingin memperdalam ilmu elektro. Kalau mesin saya bisa belajar sendiri. Tapi, saya ditolak karena kata pihak Undip jurusannya tidak sesuai dengan ijazah saya. Padahal, lulusan SMA yang sebenarnya juga tidak sesuai diterima. Ini kan tidak adil namanya,” cetus Arie.
Meski ditolak, Arie tidak kecewa. Bersama sang kakak, dia tetap ingin menunjukkan prestasi yang mengharumkan nama bangsa. Dan itu telah dibuktikan dengan menjuarai kompetisi design engineering di Amerika yang diikuti para ahli dari berbagai negara. Selain itu, mereka tak segan-segan menularkan ilmunya kepada anak-anak muda agar melek teknologi 3D design engineering.
”Ada beberapa anak SMK yang datang ke kami untuk belajar. Sekarang ada yang sudah kerja di bidang itu. Ada juga yang bakal ikut kompetisi Asian Skills Competition sebagai peserta termuda,” jelasnya.
Mereka juga punya keinginan mengembangkan teknologi energi terbarukan. Salah satunya dengan mengembangkan desain pembangkit listrik tenaga angin.
”Kami bekerja sama dengan anak-anak SMK untuk mengembangkan biodiesel dari minyak jelantah. Lalu, Mas Ricky Elson (pembuat mobil listrik yang dibawa Dahlan Iskan dari Jepang, Red) pernah menghubungi lewat Facebook, ingin menjalin kerja sama dengan kami. Tentu saja kami terima,” ungkapnya.
Dengan semua upaya itu, mereka punya satu impian, yakni mengembangkan sumber daya lokal Salatiga untuk menjadikan kota kecil itu pusat pengembangan manufaktur teknologi kelas dunia. Layaknya Silicon Valley di San Francisco, Amerika Serikat.
”Kami ingin membuktikan bahwa Indonesia bisa menjadi pusat industri manufaktur dunia. Terlebih lagi, teknologi 3D printing bakal menjadi tulang punggung industri masa depan. Itulah kenapa 3D design engineering sangat penting,” tandasnya.  (*/c9/ari)

Kamis, 20 Desember 2012

Kejujuran Office Boy ini Luar Biasa !

Edward Febriyatri Kusuma - detikNews
Jakarta - Kejujuran Agus Chaerudin (35) patut diacungi jempol. Office boy di Bank Syariah Mandiri, Bekasi ini menemukan uang Rp 100 juta di tempat sampah kantornya. Dia tidak mengambilnya tetapi memilih mengembalikannya.

"Allah Maha melihat," kata Agus saat ditemui di kantornya di kawasan Kalimalang di Plaza Duta Permai, Jakasampurna, Bekasi, Rabu (19/12/2012).

Agus, ayah 3 anak yang masih tinggal bersama mertua ini mengaku, orang tuanya selalu mengajarinya untuk tak menjadi pencuri. Kejujuran harus diutamakan. Orang tua Agus juga seorang pegawai rendahan di salah satu bank.

"Kisah yang saya kagumi Umar bin Khatab," terang Agus.

Agus mengaku pernah membaca kisah Umar bin Khatab kala menjadi khalifah. Sahabat nabi itu amat mengutamakan kesederhanaan dan kejujuran.

"Khalifah Umar bahkan hanya mempunya dua helai pakaian," cerita Agus sambil menitikan air mata.

Yang dia kagumi, bahkan Umar tak mau memakai fasilitas negara kala berbicara dengan anaknya. Agus menukilkan kisah Umar yang memadamkan lampu ketika berbincang dengan anaknya. Lampu dimatikan karena menggunakan uang negara, sedang berbicara dengan anak urusan pribadi.

"Saya berharap ada pemimpin seperti Umar," tutur Agus yang sudah bekerja 3 tahun dengan gaji sebulan Rp 2,2 juta ini.

Agus menemukan uang itu pada bulan Ramadan, 4 Agustus lalu. Saat itu hari sudah sore, kantor sudah sepi. Kala itu, seperti biasa dia membereskan kantor sebelum pulang.

Di tempat sampah dia menemukan uang pecahan Rp 100 ribu dalam 10 bundel. Agus tak berani menyentuh uang itu, dia lalu memanggil satpam.

Satpam kemudian melaporkan kepada staf bank. Uang dihitung dan ada Rp 100 juta. Uang itu bukan milik nasabah, tetapi milik bank. Uang itu tercecer karena ketidakhati-hatian seorang teller.

Agus karena kejujurannya, diberi hadiah Rp 1,75 juta dan piagam. "Saya tak mengharap hadiah, bekerja saja sudah alhamdulillah," terang Agus yang dahulu pernah bekerja serabutan sebagai tukang parkir dan asongan ini.

Selasa, 25 September 2012

Mirela: Aku Mencintai Rasulullah Tanpa Kehilangan Yesus

Senin, 24 September 2012, 05:58 WIB
onislam.net

Mirela: Aku Mencintai Rasulullah Tanpa Kehilangan Yesus
Manuela Mirela Tanescu.
REPUBLIKA.CO.ID, BUKAREST -- Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, Manuela Mirela mulai mendalami agama baru yang dipeluknya. Tak hanya terpesona dengan tata cara beribadah umat Islam, ia juga tertarik dengan tata cara kehidupan umat muslim di sejumlah negara Islam.

Hal lain yang menarik perhatian dirinya adalah selama kunjungannya ke sejumlah negara Islam, lingkungan yang ditinggali umat Islam lebih bersih ketimbang daerah yang dihuni non-muslim. Selain itu, Islam menghormati dan memuliakan semua Nabi dan Rasul.

"Jadi, aku mencintai Nabi Muhammad SAW tanpa kehilangan Yesus," kata dia.

Kekaguman Mirela lainnya adalah Islam sangat menghargai perempuan. Sebabnya, ia merasa heran dengan sikap Barat yang selalu saja menyatakan muslimah itu derajatnya lebih rendah daripada laki-laki. Padahal, perempuan Barat justru lebih direndahkan sebagai akibat dari materialistis peradaban barat.

Mereka menjadi komoditas dan objek seksual tanpa batas. Sementara Islam, tidak demikian. (baca: Manuela Mirela: Islam Agama yang Mudah Dimengerti).REPUBLIKA.CO.ID, BUKAREST -- Manuela Mirela Tanescu lahir dan besar di Bukarest, Rumania. Keluarganya merupakan penganut Kristen Ortodoks. Namun, dari kecil ia tidak pernah ke gereja.

"Keluargaku tidak terlalu religius, tapi kita selalu percaya adanya Tuhan," akunya seperti dinukil onislam.net.

Jalan hidupnya berubah, ketika ia dinikahi Muslim Palestina. Melalui suaminya itu ia berkenalan dengan Islam. Hingga akhirnya setelah mengunjungi Yordania, Suriah, Iran, Pakistan, Malaysia dan Indonesia, Mirela memutuskan memeluk Islam di Teheran, Iran.

"Saya berterima kasih padanya," kenang Mirela.

Menurut Mirela, Islam adalah agama yang mudah dimengerti dan logis. Berbeda dengan ajaran Kristen yang membingungkan.

Mirela mencontohkan, umat Islam diwajibkan melaksanakan shalat lima waktu, sementara orang Kristen hanya beribadah pada hari Ahad saja. Singkatnya, kewajiban itu membuat umat Islam cenderung religius ketimbang umat Nasrani.

"Aku melihat banyak orang yang membenci Islam karena mereka tidak tahu bagaimana Islam sebenarnya. Itu juga menjadi otokritik kita, yang kadang lupa dengan identitas sebagai muslim," papar 
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/12/09/23/maswyo-mirela-aku-mencintai-rasulullah-tanpa-kehilangan-yesus

Sabtu, 11 Agustus 2012

Keceriaan Kembar Siam Satu Tubuh


Kini mereka siap menjadi bintang reality show bertajuk 'Abby and Britanny'.
Pipiet Tri Noorastuti
Sabtu, 11 Agustus 2012, 07:04 WIB
Pasangan kembar siam Abigail dan Brittany Hense (Facebook)

Pasangan kembar siam Abigail dan Brittany Hense (Facebook)

VIVAlife - Kembar siam Abigail dan Brittany Hensel telah menantang prediksi dokter. Dengan satu tubuh, dua kepala, dua kepribadian, mereka masih lincah beraktivitas menikmati usia 22 tahun dengan tawa mengembang.

Setelah sempat memukau dunia saat muncul di The Oprah Winfrey Show dan Life Magazine pada 1996, kini mereka siap menjadi bintang reality show bertajuk 'Abby and Britanny'.

Reality show yang tayang perdana 28 Agustus ini akan menampilkan perjalanan hidup mereka di tengah keterbatasan. Tentang bagaimana mereka berhasil lulus dari Bethel University di Minnesota, usaha mencari kerja, hingga perjalanan keliling Eropa bersama teman-temannya.

Meski hanya memiliki satu tubuh, mereka adalah dua pribadi yang berbeda. Masing-masing memiliki karakter dan ketertarikan yang berbeda. Yang membuat mereka bisa hidup normal adalah kekompakan.

Dalam aktivitas sehari-hari, Abby mengendalikan tubuh bagian kanan dan Brittany mengontrol tubuh bagian kiri. Mereka bisa bermain piano, mengemudikan mobil, makan dengan dua piring terpisah, bahkan berenang.

Senin, 06 Agustus 2012

Dengan 2 Kaki Teramputasi, Oscar Pistorius Bikin Sejarah Olimpiade

Doni Wahyudi - detiksport
Senin, 06/08/2012 01:32 WIB


Getty Images
London - Oscar Pistorius menuliskan sejarah saat dia tampil di babak kualifikasi lari 400 meter Olimpiade London. Untuk kali pertama sepanjang sejarah, Olimpiade diikuti oleh atlet yang kedua kakinya sudah diamputasi.

Momen bersejarah buat Pistorius terjadi pada Sabtu (4/8/2012) waktu London saat dia ikut heat pertama di nomor 400 meter individu putra. Catatan waktu pria asal Afrika Selatan itu adalah 45,44 detik, yang cukup membuatnya melangkah ke semifinal.

Waktu yang ditorehkan Pistorius jelas tidak spesial, tapi yang membuat pria 25 tahun menjadi sangat istimewa adalah fakta dia sudah menjalani amputasi pada kedua kakinya. Untuk berlaga dalam Olimpiade, dan beragam event atletik yang sudah diikuti, Pistorius menggunakan alat bantu berupa kaki buatan berbahan serat karbon yang disebut 'Flex-Foot Cheetah'.

Pistorius lahir dengan tidak memiliki fibula, tulang terluar dan paling kecil di kaki. Kondisi tersebut mengharuskan dia menjalani operasi amputasi di antara lutut dan pergelangan kaki saat usianya baru 11 bulan.

Namun hal tersebut tak membuat atlet kelahiran Johannesburg itu patah semangat. Saat di sekolah hingga kuliah Pistorius aktif di berbagai kegiatan olahraga mulai dari renang, polo, tenis dan rugby. Jenis olahraga yang terakhir menyebabkannya menderita cedera parah dan akhirnya memiluh fokus ke lari sejak tahun 2004.

Di tahun 2008, Pistorius punya ambisi besar lolos ke Olimpiade Beijing. Rencana keikutsertaannya saat itu sempat 'dihalangi' IAAF (organisasi atletik dunia) dengan alasan Pistorius justru bisa membahayakan dirinya sendiri dan kontestan lain terkait penggunaaan 'Flex-Foot Cheetah'. Meski kemudian tetap boleh ikut kualifikasi, Pistorius akhirnya gagal lolos.

Dan di London 2012 ini dia akhirnya punya kesempatan unjuk gigi. Selain tampil di 400 meter individual, atlet berjuluk 'Blade Runner' dan 'manusia tanpa kaki tercepat' itu juga akan berlaga di 4 x 400 estafet putra.

"Saya sudah berusaha selama enam tahun untuk ini… untuk bisa mendapatkan kesempatan saya. Bisa berada di sini dan tahu bahwa Anda sudah mengorbankan sangat banyak hal untuk meraihnya, itu benar-benar membuat terasa sangat luar biasa," sahut Pistorius usai memastikan lolos ke semifinal, dikutip dari situs resmi Olimpiade.

Keikutsertaan Pistorius di nomor lari bersama atlet dengan kondisi kaki sempurna sempat mengundang kontroversi, dia dianggap dintungkan dengan 'Flex-Foot Cheetah'. Alat tersebut dianggap memberi efek pegas dan membuat lajunya menjadi lebih cepat.

Penelitian lain yang dilakukan juga menyebut kalau pengguna 'Flex-Foot Cheetah' membuat otot kaki membutuhkan lebih sedikit energi untuk berlari. Ini kemudian membuat IAAF mengeluarkan aturan soal larangan penggunaan 'peralatan teknik yang terkait dengan sistem kerja pegas'.

Aturan itu kemudian dibatalkan CAS (pengadilan arbitrase olahraga), tentunya setelah Pistorius mengajukan banding.

Senin, 16 Juli 2012

Wanita Ini Candu Makan Batu

Kelainan Langka, Wanita Ini Candu Makan Batu
Sudah 20 tahun ia makan batu untuk mengatasi stres.
Pipiet Tri Noorastuti
Senin, 16 Juli 2012, 11:06 WIB
Teresa Widener (daily mail)
Teresa Widener (daily mail)

VIVAlife - Teresa Widener, 45, selalu tergoda setiap kali melihat batu. Bukan tergoda untuk melemparnya ke orang-orang yang menyebalkan, tapi memakannya. Ia tak pernah bisa menahan godaan untuk menyantap batu.

Dikutip Daily Mail, wanita asal Bedford, Virginia, itu bisa memakan sekitar 1,3 kilogram batu setiap pekan. Jika dikalkulasi, ia telah menyantap lebih 1.360 kilogram batu sepanjang hidupnya.

Widener memiliki lemari khusus untuk menyimpan batu-batu favoritnya di dapur. Ia juga menyimpan palu khusus untuk memecah batu menjadi ukuran yang lebih mudah masuk ke mulut. "Saya merasa lebih baik ketika tahu masih memiliki simpanan batu di lemari, sedikit saja saya sudah tenang."

Ia biasanya memilih batu-batu yang mudah rapuh sehingga mudah dikunyah dan ditelan. "Selama 20 tahun terakhir saya makan batu. Banyaknya batu yang saya makan tergantung perasaan. Jika sedang down, saya makan batu lebih banyak," ujarnya.

Psikolog Amerika Serikat, Jason Mihalko, menyebut kelainan macam itu sebagai Pica. Merupakan kondisi kelainan pola makan di mana penderita gemar mengonsumsi za-zat non-pangan. Ada kasus di mana penderita makan logam, debu, kotoran, kapur, peralatan menulis dan getah pohon.

Mihalko mengatakan, penelitian tentang Pica sangat sedikit. Belum ada yang mengungkap penyebab pasti kelainan ini. "Beberapa poin penelitian menyatakan akibat kurang mineral, sementara pemikiran lebih dikaitkan dengan gangguan obsesif kompulsif."

Pica umumnya menimpa anak-anak usia satu tahun ke atas, saat periode oral, di mana anak suka memasukkan dan menggigit benda di sekitar ke mulut. Pica bisa sembuh dalam hitungan bulan. Namun, dalam sejumlah kasus, kelainan ini bisa bertahan hingga dewasa. (umi)